Keadaan Sosial Budaya
Indonesia
Secara spesifik keadaan
sosial budaya Indonesia sangat kompleks, mengingat penduduk Indonesia kurang
lebih sudah di atas 200 juta dalam 30 kesatuan suku bangsa. Oleh karena itu
pada bagian ini akan dibicarakan keadaan sosial budaya Indonesia dalam garis
besar. Kesatuan politis Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas 6000
buah pulau yang terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 buah pulau.
Dapat dibayangkan bahwa bahasa Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa nasional
belum tentu sudah tersosialisasikan pada 6000 pulau tersebut, mengingat
sebagian besar bermukim di pedesaan. Hanya 10-15% penduduk Indonesia yang
bermukim di daerah urban. Indonesia sudah tentu bukan hanya Jawa dan Bali saja,
karena kenyataan Jawa mencakup 8% penduduk urban. Sementara itu bahasa
Indonesia masih dapat dikatakan sebagai “bahasa bagi kaum terdidik/sekolah
Demikianlah, Indonesia
sebagai sebuah “nation state” yang menurut Benedict Anderson merupakan sebuah
imajinasi. Kenyataan di dalam “nation state” terdapat komunitas dalam
kemajemukan (heterogeneity), perbedaan (diversity). Dengan demikian bahasa
Indonesia merupakan suatu pengertian tanda budaya yang didalamnya penuh dengan
perbedaan (hibriditas). Hampir sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di
daerah “rural” sehingga budaya heterogen pedesaan sangat mewarnai pola tutur
bahasa Indonesia. Kenyataan menunjukkan tidak semua masyarakat Indonesia hidup
di daerah industri dan berperan sebagai masyarakat industrial, masyarakat
informatif, dan bagian dari masyarakat global. Di sebaran pulau-pulau Indonesia
masih ditemui kebudayaan “hunting and gathering” yang terdapat secara terbatas
di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa pulau kecil lain yang kira-kira
berjumlah 1-2 juta dengan pola hidup langsung dari alam. Hampir semua pula di
Indonesia masih banyak kebudayaan masyarakat bercorak agraris, baik dengan
bercocok tanam yang berpindah-pindah, pertanian tadah hujan, pertanian irigasi
sawah, perkebunan dan pertanian mekanis. Oleh karena unsur budaya agraris masih
mendominasi masyarakat Indonesia, maka masih dijumpai masyarakat dengan akar
primordialisme yang kuat serta kebiasaan feodal. Hal ini turut mengkondisikan
warna kebudayaan Indonesia serta masyarakat dalam bertutur dalam bahasa
Indonesia. Terlebih-lebih kondisi sekarang, saat politik memberi kesempatan
desentralisasi dan hak otonom, maka semangat primordialisme dapat muncul dalam
berbagai aspek salah satunya dalam penggunaan bahasa Indonesia.
Oleh sebab itulah dalam
memahami Sosial Budaya dan psikologi masyarakat Indonesia yang nantinya
berimplikasi pada tindak tutur berbahasa Indonesia, paling tidak dalam
pendekatan silang budaya memperhatikan tiga hal yaitu (a) masyarakat dalam
perspektif agama, (b) perspektif spiritual, dan (c) perspektif budaya. Dari
perspektif agama, masyarakat Indonesia dalam berperilaku menyelaraskan diri
dengan tatanan yang diyakini berasal dari Tuhan, perspektif spiritual merujuk
pada pengembangan potensi-potensi internal diri manusia dalam aktualisasi yang
selaras dengan hukum non materi, dan perspektif budaya yang merujuk pada
tradisi penghayatan dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan untuk membangun
sebuah kehidupan yang comfort baik secara individu maupun kolektif. Dalam
konteks perubahan social sekarang masyarakat Indonesia dalam sekat pluralisme
terakomodasi secara otomatis dalam civics responsibility, social economics
responsibilities, dan personal responsibility .
Komentar
Posting Komentar