:::: MENU ::::

Informasi Bisnis dan Umum

A. Pengertian CTL
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Depdiknas,2004:18). Pembelajaran CTL terfokus pada perkembangan ilmu, pemahaman, keterampilan siswa, dan juga pemahaman kontekstual siswa tentang hubungan mata pelajaran yang dipelajarinya dengan dunia nyata. Pembelajaran akan bermakna jika guru lebih menekankan agar siswa mengerti relevansi apa yang mereka pelajari di sekolah dengan situasi kehidupan nyata dimana isi pelajaran akan digunakan.
Pembelajaran CTL awalnya dikembangkan oleh John Dewey 1918 yang merumuskan kurikulum dan metodologi pembelajaran yang berkaitan dengan pengalaman dan minat siswa.

B. Penerapan CTL
Penerapan pembelajaran CTL di kelas melibatkan tujuh utama pembelajaran efektif, yaitu :
a) Konstruktivisme (Constructivism).
Konstruktivisme, yaitu mengembangkan pemikiran siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Ada lima elemen belajar yang konstrutivistik, yaitu : 1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada. 2) Pemerolehan pengetahuan baru. 3) Pemahaman pengetahuan. 4) Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman. 5) Melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut.
Konstruktivis ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
b) Bertanya (Questioning).
Bertanya, yaitu mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Melalui proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Mereka dirangsang untuk mengembangkan ide atau gagasan dan pengujian baru yang inovatif, mengembangkan metode dan teknik untuk bertanya, bertukar pendapat dan berinteraksi.
c) Menemukan (Inquiry).
Menemukan, yaitu melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik. Siswa diberi pembelajaran untuk menangani permasalahan yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata. Guru harus merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja menggunakan prosedur mengenali masalah, menjawab pertanyaan, menggunakan prosedur penelitian/investigasi, dan menyiapkan kerangka berpikir, hipotesis, dan penjelasan yang relevan dengan pengalaman pada dunia nyata.
d) Masyarakat Belajar (Learning Community).
Masyarakat belajar, yaitu menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok). Siswa hidup dalam lingkungan masyarakat tempat tinggalnya atau di sekitar sekolahnya. Dengan demikian, masyarakat dapat dijadikan sumber daya untuk mengembangkan pemahaman CTL.Pemanfaatan masyarakat sebagai kontes bagi siswa untuk CTL dapat dilakukan sekolah dengan dua cara, yaitu : 1) Menjadikan masyarakat sebagai narasumber diundang ke sekolah pada jam belajar tertentu untuk memberikan kesempatan belajar bagi siswa mengembangkan pemahaman konstektual. 2) Cara pemanfaatan lainnya dengan membawa siswa ke dalam lingkungan masyarakat untuk mengalami pembelajaran yang tidak didapatkan di sekolah.
e) Pemodelan (Modeling).
Pemodelan, yaitu menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran. Siswa akan lebih mudah memahami dan menerapkan proses dan hasil belajar jika dalam pembelajaran guru menyajikan dalam bentuk suatu model, bukan hanya berbentuk lisan.
f) Refleksi (Reflection).
Refleksi, yaitu melakukan refleksi akhir pertemuan pembelajaran. Refleksi ini merupakan ringkasan dari pembelajaran yang telah disampaikan guru. Siswa pun dapat melakukan kegiatan penulisan mandiri tentang sebuah ringkasan dari hasil pembelajaran yang telah diikutinya.
g) Penilaian Sebenarnya (Authentic Assesment).
Penilaian sebenarnya, yaitu melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Penilaian bisa dengan cara guru memberi pertanyaan berdasarkan isi pelajaran.

C. Kegiatan dan Strategi Pembelajaran Kontekstual.
Kegiatan dan strategi pembelajaran kontekstual dapat ditunjukkan berupa kombinasi dari kegiatan-kegiatan berikut ini :
a. Pembelajaran otentik (authentic instruction), yaitu pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam konteks yang bermakna, sehingga menguatkan ikatan pemikiran dan keterampilan memecahkan masalah-masalah penting dalam kehidupannya.
b. Pembelajaran berbasis inquiry (inquiry based learning), yaitu memaknakan strategi pembelajaran dengan metode-metode sains, sehingga diperoleh pembelajaran yang bermakna.
c. Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah-masalah yang ada di dunia nyata atau di sekelilingnya sebagai konteks bagi siswa untuk belajar kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan untuk memperoleh konsep utama dari suatu mata pelajaran.
d. Pembelajaran layanan (serve learning), yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan layanan masyarakat dengan struktur sekolah untuk merefleksikan layanan, menekankan hubungan antara layanan yang dialami dan pembelajaran akademik di sekolah.
e. Pembelajaran berbasis kerja (work based learning), yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan konteks tempat kerja dan membahas penerapan konsep mata pelajaran di lapangan.

D. Prinsip Dasar Pembelajaran Kontekstual.
Prinsip dasar pembelajaran kontekstual adalah agar siswa dapat mengembangkan cara belajarnya sendiri dan selalu mengaitkan dengan apa yang telah diketahui dan apa yang ada di masyarakat, yaitu aplikasi dan konsep yang dipelajari. Adapun secara terperinci prinsip pembelajaran kontekstual sebagai berikut :
a. Menekankan pada pemecahan masalah.
b. Mengenal kegiatan mengajar terjadi pada berbagai konteks seperti rumah, masyarakat dan tempat kerja.
c. Mengajar siswa untuk memantau dan mengarahkan belajarnya sehingga menjadi pembelajar yang aktif dan terkendali.
d. Menekankan pembelajaran dalam konteks kehidupan siswa.
e. Mendorong siswa belajar dari satu dengan lainnya dan belajar bersama-sama.
f. Menggunakan penilaian otentik. Pembelajaran kontekstual membantu siswa menguasai tiga hal, yaitu : 1) Pengetahuan, yaitu apa yang ada di pikirannya membentuk konsep, definisi, teori dan fakta. 2) Kompetensi atau keterampilan, yaitu kemampuan yang dimiliki untuk bertindak atau sesuatu yang dapat dilakukan. 3) Pemahaman kontekstual, yaitu mengetahui waktu dan cara bagaimana menggunakan pengetahuan dan keahlian dalam situasi kehidupan nyata.

E. Metode Pembelajaran Kontekstual.
Metode yang dilakukan dalam pembelajaran kontekstual adalah menggunakan situasi kehidupan nyata dari masyarakat setempat dimana siswa dapat mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka kembangkan. Selanjutnya, guru mengembangkan keterampilan siswa dalam mengaplikasikan langkah-langkah tersebut dengan memberikan masalah kehidupan nyata untuk dipecahkan.