:::: MENU ::::

Informasi Bisnis dan Umum



عَنْ طَاوُسٍ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ احْتَجَّ آدَمُ وَمُوسَى فَقَالَ لَهُ مُوسَى يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُونَا خَيَّبْتَنَا وَأَخْرَجْتَنَا مِنْ الْجَنَّةِ قَالَ لَهُ آدَمُ يَا مُوسَى اصْطَفَاكَ اللَّهُ بِكَلَامِهِ وَخَطَّ لَكَ بِيَدِهِ أَتَلُومُنِي عَلَى أَمْرٍ قَدَّرَهُ اللَّهُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَنِي بِأَرْبَعِينَ سَنَةً فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى فَحَجَّ آدَمُ مُوسَى ثَلَاثًا (رواه البخاري ومسلم )
Diriwayatkan dari Thawus, aku mendengar Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Adam dan Musa berdebat. Berkatalah Musa kepadanya, “Wahai Adam, engkau adalah bapak kami. Engkau telah menjadikan kami merugi dan keluar dari surga.” Adam menjawab, “Wahai Musa, Allah telah memilih engkau (untuk berdialog langsung) dengan Kalam-Nya. Dia telah menuliskan (Taurat) untukmu dengan tangan-Nya. Apakah engkau mencacimakiku atas perkara yang sudah Allah tentukan kepadaku sebelum Dia menciptakanku empat puluh tahun? (Jawaban) Adam membuat Musa kalah berdebat, (jawaban) Adam membuat Musa kalah berdebat, dan (Jawaban) Adam membuat Musa kalah berdebat (sebanyak tiga kali).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lainnya disebutkan:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ (رواه مسلم ابن ماجه وأحمد)
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang lemah. Masing-masing (baik kuat maupun lemah) terdapat kebaikan. Bersungguh-sungguhlah mengerjakan apa yang bermanfaat bagimu (taat), mintalah pertolongan kepada Allah (agar kuat melakukannya), dan janganlah kamu lemah (malas)! Jika ada sesuatu yang (tidak diinginkan) terjadi padamu, janganlah kamu mengatakan “seandainya aku melakukan ini dan itu (tentu tidak begini dan begitu), tetapi katakanlah “Ketentuan Allah-lah yang menghendaki itu semua”, karena sesungguhnya perkataan “seandainya” dapat membuka peluang bagi setan untuk menggoda.” (HR. Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Istilah “Kuat” dalam hadits di atas, adalah jiwa yang kuat dan konsisten dalam menapaki hidupnya demi akherat. Orang yang memiliki sifat ini tidak memiliki rasa takut dan gentar sedikit pun dalam berjihad. Ia pun bertekad kuat untuk beramar makruf dan nahi mungkar. Dalam menghadapi kegetiran, ia senantiasa bersabar dan mengembalikan semuanya kepada Allah. Ia juga rajin mengerjakan shalat, puasa, berdzikir, dan ibadah-ibadah lainnya.
Sedangkan istilah “lemah” adalah mengacu pada orang mukmin yang frekuensi ibadahnya lemah. Kendati demikian, Nabi saw menegaskan bahwa antara “mukmin yang kuat” dan “mukmin yang lemah” keduanya bagus, sebab masing-masing memiliki keimanan.
Adapun kata “Lau” (seandainya) sebagaiman Nabi saw melarang untuk menggunakannya, menurut Al-Qadhi Iyadh adalah berkenaan untuk orang yang meyakininya secara pasti. Artinya, seandainya ia melakukan hal itu, pasti hal yang tidak diinginkannya itu tidak akan terjadi. Sedangkan orang yang mengembalikan itu semua kepada kehendak Allah, meskipun menggunakan redaksi “Lau”, maka itu tidak termasuk dalam pembahasan ini.
Al-Qadhi Iyadh mengcounter pendapat sebagian ulama yang membolehkan memakai istilah Lau (seandainya) dengan menyandarkan pada perkataan Abu Bakar al-Shiddiq ketika berada di dalam gua, “Seandainya salah seorang mereka mengangkat kepalanya, niscaya ia akan melihat kami.” Begitu pula sabda Nabi saw tentang bersiwak, “Seandainya aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku akan memerintahkan mereka untuk bersiwak.” Menurut Al-Qadhi, argumentasi tersebut tidak bisa dijadikan sebagai pembenar penggunaan kata “Lau”. Sebab semuanya mengacu pada masa yang akan datang dan sama sekali tidak berkaitan dengan takdir. Katanya, lau yang dilarang oleh Nabi saw adalah berkaitan dengan masa yang telah terjadi dan sudah menjadi ketentuan Allah (takdir). Oleh karena itu, kata “seandainya” berarti tidak menerimanya seorang makhluk atas ketentuan yang sudah digariskan oleh Tuhannya. Dan itu menjadi sasaran setan untuk menggoda keimanannya.
Selanjutnya, Al-Qadhi Iyadh menjelaskan bahwa hadits di atas dipahami secara zhahir dan berlaku umum. Karenanya, maksud larangan “lau” ini adalah berkenaan dengan keyakinan yang mengenyampingkan campurtangan Tuhan. Seorang yang berkata “lau” biasanya meyakini bahwa seandainya dia tidak begitu, tentu kejadiannya tidak begitu. Hal ini seolah-olah, dialah yang berkuasa penuh untuk menentukan nasibnya. Kendati demikian, larangan ini bukan berarti tahrim, melainkan makruh tanzih. (al-Nawawi, Syarah Shahih Muslim).

Hakikat Takdir
Qadha dan Qadar adalah ketentuan Allah swt yang bersifat azali. Ketentuan itu merupakan hak prerogratif Allah sebagai Dzat Pencipta. Dia menentukan ketentuan yang baik atau yang buruk untuk setiap makhluk yang diciptakan-Nya jauh sebelum mereka diciptakan. Dan Islam memasukkan percaya kepada ketentuan Allah ini sebagai rukun iman yang harus diimani oleh setiap umat Islam.
Para ulama salaf shalih yang tergolong pada generasi awal, berdasarkan keyakinan dan pengetahuannya yang mendalam telah menyatakan, bahwa iman kepada Qadha dan Qadar, sama sekali tidak menghambat pekerjaan dan usaha manusia, juga tidak menghalangi kemajuan-kemajuan. Kepercayaan kepada Qadha dan Qadar tidak berarti bersikap fatalisme, rela menerima kehidupan yang rendah dan hina, enggan berusaha, tetapi kepercayaan itu justru harus menggerakkan manusia muslim agar bekerja bersungguh-sungguh, kreatif dan ikhlas, tanpa pamrih, tanpa harus memaki zaman, membenci kehidupan atau berputus asa.
Keyakinan kepada Qadha dan Qadar, apabila pemahamannya lurus dan benar, sesuai dengan yang dipahami ulama salaf dan mengacu pada pemahaman Jamaluddin al Afghani, bahwa Sunnatullah (hukum alam) tidak akan menghambat kemajuan, merintangi kebebasan atau menimbulkan kelesuan dalam menjangkau cita-cita yang luhur.
Dikisahkan dari sahabat Abdullah Abbas, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, Umar bin Khattab dan rombongannya, suatu saat berangkat ke negeri Syam (daerah Syiria sekarang). Waktu akan memasuki wilayah itu, para pembesar negeri Syam melaporkan kepada Umar, bahwa daerah itu sedang berjangkit wabah penyakit menular. Umar Ibn Khattab kemudian bermusyawarah dengan para sahabat Muhajirin dan Ansar untuk mencari way out yang baik dari masalah itu. Umar dan rombongan sepakat untuk kembali ke Madinah, tidak memasuki daerah yang berbahaya itu. Tiba-tiba Abu Ubaidah bin Jarrah, salah seorang anggota rombongan tampil dan melontarkan satu pertanyaan kepada Umar:
أَفِرَارًا مِنْ قَدَرِ اللَّهِ ؟
“Apakah kita hendak lari menghindari takdir Allah?” Umar menjawab:
نَعَمْ نَفِرُّ مِنْ قَدَرِ اللَّهِ إِلَى قَدَرِ اللَّهِ
“Benar, kita menghindari suatu takdir Allah dan menuju takdir Allah yang lain”.

Untuk meyakinkan sahabatnya, Umar memberikan contoh yang sangat tepat. Kata Umar:
أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ إِبِلٌ فَهَبَطَتْ وَادِيًا لَهُ عُدْوَتَانِ إِحْدَاهُمَا خَصِبَةٌ وَالْأُخْرَى جَدْبَةٌ أَلَيْسَ إِنْ رَعَيْتَ الْخَصِبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ وَإِنْ رَعَيْتَ الْجَدْبَةَ رَعَيْتَهَا بِقَدَرِ اللَّهِ
“Sekiranya engkau sedang menggembalakan ternakmu, unta atau kambing, kamu dapati ada dua lembah, yang keduanya merupakan takdir Allah. Lembah pertama merupakan padang rumput yang hijau dan subur, sedang lembah kedua merupakan bukit-bukit berbatu yang gersang, tidak ada rumput atau tumbuhan lain. Apakah kamu akan membawa ternakmu ke lembah yang gersang itu? Tentu tidak, tetapi akan membawanya ke lembah yang pertama yang subur itu. Bila anda pergi ke lembah yang subur itu berarti anda mengikuti takdir Allah, demikian pula bila anda menuju lembah yang gersang itu”.

Kemudian datanglah Abdurrahman bin Auf, seraya berkata: “Dalam masalah ini, aku mendapat sebuah pengetahuan, suatu kali aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
إِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ
“Apabila kamu mendengar di daerah ada wabah, maka janganlah mendekatinya. Dan jika ada wabah sedangkan kamu lagi berada di daerah itu, maka janganlah kalian keluar dari daerah itu untuk menghindarinya.”

Mendengar penuturan Abdurrahman tersebut, Umar memuji syukur kepada Allah lalu pergi. (HR. al-Bukhari: No.5288 dan Muslim: No.4114)

Berdasarkan riwayat di atas, dengan mudah dapat difahami bahwa kepercayaan pada takdir Allah, tidak berarti menafikan kebebasan manusia, juga tidak merupakan paksaan atau tekanan. Karena Qadha dan Qadar itu ada dalam ilmu Allah SWT yang Qadim dan Azali. Setiap diri manusia tidak ada yang mengetahui, apa yang akan dikerjakannya atau yang ditinggalkannya pada masa yang akan datang secara hakiki.
Yang jelas, dalam pandangan ajaran Islam, manusia diberikan oleh Allah kebebasan untuk berbuat, kebebasan memilih, free will atau free act. Untuk menentukan sendiri pekerjaan dan pilihannya. Mereka yang berbuat baik, akan memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat, dan sebaliknya mereka yang berbuat keburukan dan kejahatan akan memperoleh kehinaan di dunia dan akhirat.

إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا (الإسراء: 7)
“Bila kamu berbuat baik, berarti kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu bagi dirimu pula....”. (QS. al-Isra’,17:7).

Banyak sekali ayat al-Qur’an yang menjelaskan ajaran yang senada dengan uraian yang di atas, diantaranya:
كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (الطور:21)
“Tiap-tiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya”. (QS. al-Thur,52:21).

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ أَسَاءَ فَعَلَيْهَا وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِلْعَبِيدِ (فصلت:46)
“Siapa yang mengerjakan amal kebajikan maka balasannya untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat jahat, maka kejahatan itu akan menimpa dirinya sendiri, dan sekali-kali tidaklah Tuhanmu menganiaya hamba-hamba-Nya”. (Q.S. Fushshilat, 41:46).

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ (الشورى:30)
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar”. (QS. al-Syura,42:30).

Ayat-ayat lain yang senada dengan itu adalah QS. Yunus: 38, QS.al-An’am:164, QS.al-Zumar:70, QS.al-Zilzalah:7-8, dan sebagainya.




KEAGUNGAN AKHLAK DAN BUDI PEKERTI

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه الترمذي وأبو داود وأحمد)
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik budi pekertinya (diantara mereka).” (HR. al-Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad)

Menurut Imam al-Tirmidzi, hadits ini diriwayatkan pula dari Aisyah dan Ibnu Abbas dengan kualitas hasan shahih. Apabila ditilik secara tekstual, hadits ini mengungkapkan hakikat manusia yang sebenarnya. Orang utama dan mulia bukanlah orang yang hanya memiliki harta kekayaan berlimpah dan jabatan yang prestisius. Tetapi, orang mulia lagi sempurna adalah orang yang memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur. Karenanya, Nabi Muhammad saw diutus ke muka bumi ini tiada lain untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Ibarat bangunan yang terdiri dari tumpukan batu bata, beliau adalah batu terakhirnya yang diletakkan untuk menjadikan bangunan tersebut sempurna.
Jadi, sebelum Nabi saw diutus, sebenarnya tatanan moral manusia sudah ditata oleh para Nabi dan Rasul terdahulu. Akan tetapi belum sampai sempurna. Maka, Nabi kitalah, sebagai Nabi terakhir, yang bertugas untuk menyempurnakannya. Oleh karena itu, umat beliau, yaitu kaum mukminin, yang memiliki akhlak ini, disebut sebagai manusia yang sempurna citranya. Semakin mulia akhlaknya, semakin sempurna pula citranya di sisi Allah. Keutamaan manusia beriman yang berakhlak mulia ini disebutkan dalam hadits berikut ini:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ اْلأكْيَاسُ (رواه ابن ماجه)
Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata, “Ketika aku berada bersama Rasulullah saw, datanglah seorang pria Anshar. Ia mengucapkan salam kepada Nabi saw, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, kaum mukmin manakah yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang paling baik budi pekertinya.” Ia bertanya lagi, “Kaum mukmin manakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab, “Yaitu orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik persiapannya untuk menghadapi kematian. Merekalah orang-orang yang cerdas.” (HR. Ibnu Majah)

Pengertian Akhlak
Secara etimologi, term Akhlaq berarti perangai, adat istiadat, tabiat, kejadian, kebiasaan, atau sistim berperilaku. Karena itu, akhlak dalam pengertian dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu akhlak yang terpuji atau al-akhlaq al-mahmudah dan akhlak yang tercela atau al-akhlaq al-madzmumah. Meski pengertian akhlak pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu baik dan buruk, namun berdasarkan pengertian sosiologis di Indonesia, kata akhlak menunjukkan konotasi baik. Karena itu, apabila dikatakan bahwa orang itu berakhlak, maka berarti ia memiliki akhlak yang baik.
Kata akhlaq apabila dikaitkan dengan Islam atau al-akhlaq al-islamiyah, maka berarti perangai atau sistim berperilaku yang baik dan terpuji menurut kaidah Islam. Akhlak seperti ini disebut juga dengan al-akhlaq al-karimah atau akhlak yang mulia. Oleh karena itu, al-Akhlaq al-Islamiyah adalah perangai dan sistim berperilaku yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Rasulullah saw sebagai suri tauladan yang harus diikuti kaum muslimin memiliki akhlak yang agung dan luhur. Dengan keluhuran akhlak itulah beliau berdakwah, mengajak manusia menuju jalan yang diridhai oleh Allah swt. Dengan akhlak yang mulia pula, dakwah beliau berhasil dengan gilang gemilang. Hanya dalam kurun waktu kurang dari 23 tahun, beliau berhasil merombak tatanan masyarakat yang dungu dan bodoh menjadi masyarakat yang maju dan berperadaban tinggi. Dalam waktu teramat singkat itu, beliau mengangkat kehidupan suatu bangsa yang tidak dikenal sejarah menjadi umat yang menentukan sejarah dunia. Mengenai keluhuran akhlak Nabi, Allah swt berfirman,
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (القلم، 4)
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. al-Qalam, 68: 4).

Di antara akhlak Nabi yang terpuji ialah sikap pemaaf dan kasih sayang terhadap sesama. Meskipun beliau sering dicemooh, dihina, difitnah, dan disakiti orang lain, beliau tetap tabah dan menerima perlakuan mereka dengan lapang dada. Bahkan beliau membalas perlakuan kasar mereka dengan lemah lembut dan kasih sayang serta mendoakan mereka agar segera menerima petunjuk dari Allah swt. Hal ini sebagaimana dilansir dalam ayat suci al-Qur’an,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي اْلأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (آل عمران، 159)
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu, ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Ali Imran, 3:159)

Selain bersikap pemaaf, Nabi saw juga dikenal sebagai orang yang sangat menyayangi sesamanya. Beliau selalu mengasihi fakir miskin, anak-anak yatim, dan wanita-wanita jompo. Dalam berbagai kegiatan dakwahnya, beliau memulai kebaikan dari dirinya sendiri dan keluarganya. Ia senantiasa mengusahakan kebaikan dan memelihara umatnya dari kehancuran dan kenistaan. Dalam hal ini, Allah swt berfirman,
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (التوبة، 128)
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS. al-Taubah, 9:128)

Dalam al-Qur’an Surat al-A’raf ayat 199 disebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga macam sikap atau budi pekerti luhur, yaitu pemaaf, memerintahkan kebaikan, dan berpaling dari orang-orang jahil.
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ (الأعراف:199)
“Jadilah engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma`ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.” (QS. al-A’raf, 7: 199).

Banyak riwayat dalam sejarah Islam yang menjelaskan sikap pemaaf Nabi terhadap umatnya. Beliau dengan ikhlas memberi maaf terhadap musuh-musuhnya yang mau bertobat dan mengakui kesalahan yang dilakukannya, meskipun pada awalnya mereka membuat hidup beliau menderita dan teraniaya.
Pada awal perkembangan Islam di Makkah, ada dua orang bersaudara kakak beradik bernama Ka’ab bin Zuhair dan Bujair bin Zuhair. Bujair telah masuk Islam terlebih dahulu, ia berjuang bersama Nabi saw dalam membela kebenaran dan ikut berhijrah ke Madinah. Sedangkan saudaranya, Ka’ab, termasuk kelompok radikal yang menolak agama Islam, ia bersama komplotannya dengan gencar melakukan intimidasi terhadap kaum muslimin ketika itu. Sedemikian kerasnya permusuhan Ka’ab terhadap umat Islam, sehingga setelah Bujair adiknya berhijrah ke Madinah, ia masih tetap mengecam umat Islam dengan surat-suratnya yang dikirimkan kepada saudaranya tersebut.
Melihat sikap Ka’ab yang membahayakan eksistensi umat Islam, akhirnya Nabi saw memasukkan namanya ke dalam daftar hitam, yaitu golongan penghianat yang senantiasa berbuat kerusakan dan memusuhi kaum muslimin secara keseluruhan. Mengetahui hal itu, Bujair segera mengirimkan surat kepada saudaranya tentang pencatuman namanya pada daftar hitam tersebut. Dalam suratnya, ia juga menjelaskan mengenai sikap pemaaf Nabi dan akhlaknya yang luhur terhadap sesamanya. Akhlak beliau tersebut sekaligus menjadi suri tauladan bagi umatnya. Bujair juga menceritakan dengan lengkap kehidupan kaum muslimin di Madinah. Mereka berada dalam ketenangan, kedamaian, dan senantiasa dibimbing oleh Allah swt dengan perantaraan Rasul-Nya yang mulia.
Setelah Ka’ab menerima surat itu di Makkah lalu memperhatikan dengan seksama isinya, tiba-tiba ada dorongan kebenaran dengan kuat yang mengetuk kalbunya, ia segera bertobat dari kesalahan masa lalunya. Ia berniat untuk pergi meninggalkan Makkah menuju Madinah sesegera mungkin demi menemui Nabi saw dan menyatakan diri untuk bergabung dengan barisan kaum muslimin di sana.
Setibanya di Madinah, Ka’ab bin Zuhair segera menemui Nabi saw di masjid dengan diantar oleh Ali bin Abi Thalib, seorang sahabat setia sekaligus menantu Nabi saw. Sampai di masjid, Ka’ab segera menyatakan diri untuk masuk agama Islam. Nabi saw pun menerima kehadirannya dengan tulus, bahagia, dan penuh bersyukur. Masuk islamnya Ka’ab sekaligus dicoretnya nama Ka’ab dari daftar hitam. Dengan serta merta, Nabi saw dan para sahabatnya mengampuni semua kesalahan Ka’ab di masa lalu, tanpa menyisakan perasaan dendam sedikitpun di dada mereka.
Begitu pula ketika Nabi saw beserta para sahabatnya memasuki Kota Makkah pada tahun ke-8 H. Saat itu, beliau datang sebagai pemenang yang menaklukkan semua penduduk Makkah. Dengan penuh keikhlasan, beliau memaafkan semua kesalahan penduduk Makkah di masa lalu. Nama-nama mereka yang tertulis dalam daftar hitam, pada hari itu semuanya dimaafkan, termasuk Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, yang pernah mencabik-cabik dada Pamandanya Hamzah di perang Uhud dan mengunyah hatinya. Nabi saw dan para sahabatnya datang ke Kota Makkah, kota kelahirannya dengan membawa pengampunan agung, tidak ada setetes pun darah balas dendam yang tumpah di sana. Sikap pemaaf Nabi dan para sahabatnya inilah yang harus dijadikan suri tauladan bagi setiap orang mukmin di mana saja mereka berada.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (الأحزاب، 21)
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab, 33: 21)

***


Tanda-tanda Kemunafikan

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ وَإِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ (متفق عليه)
Artinya : Diceritakan dari Abdullah bin ‘Amr r.a. menceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Empat perkara, bila terdapat pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafik sejati dan bila satu dari empat perkara itu terdapat padanya, maka satu sifat dari kemunafikan itu itu tetap melekat padanya, sampai ia meninggalkannya. Yaitu (1) apabila dipercaya ia meninggalkannya, (2) apabila berkata dusta, (3) apabila mengadakan perjanjian tidak menepati dan (4) apabila bertengkar curang. (HR, al-Bukhari dan Muslim).

Hadits di atas berkualitas shahih, diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari (No.22), Imam Muslim (No.88), Imam al-Tirmizi (no. 2556), Abu Dawud (No.468), Ahmad (No.6479, 6568, 6584), dari Sahabat Abdullah bin ‘Amr (w. 63 H).

Uraian Kata
Munafik berakar kata dari kata al-nifâq yang artinya ketidaksesuaian antara lahir dan batin. Orang yang yang mempunyai sifat yang tidak selaras antara karya dan karsanya. Apa yang telah diperbuatnya bukan merupakan manifestasi dari suara hatinya. (Fatchurrahman, 143). Lafadz ghadara, yang dalam riwayat lain menggunakan lafadz akhlafa, artinya melanggar janji atau berkhianat. Fajara artinya menyeleweng atau menyimpang dari kebenaran. (al-Munawwir, 1110).

Tanda-tanda Munafik
Dalam Hadis di atas Rasulullah Saw menjelaskan tanda-tanda kemunafikan tersebut ada empat macam:
(1) berkhianat dalam melaksanakan amanat, (2) berdusta dalam pembicaraan, (3) tidak menepati janji dan (4) curang dalam pertengkaran.


Berkhianat dalam melaksanakan amanat
Perkataan amanah berasal dari kata al-amn yang berarti rasa aman atau percaya. Kata amanah juga menunjuk pada sesuatu yang dipercayakan kepada pihak yang lain. Jadi amanah mengandung makna bahwa sesuatu diserahkan kepada pihak lain karena yakin dan percaya bahwa ditangannya sesuatu yang diserahkan itu akan aman dan terpelihara dengan baik. Pengertian amanat bukan terbatas pada masalah itu saja, melainkan lebih luas lagi. Yakni berkaitan juga dengan menyimpan rahasia orang, menjaga kehormatan orang lain, menjaga dirinya sendiri dan menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Allah Swt sendiri menamakan tugas dan syari’at sebagai amanat. Sebagaimana di dalam firman-Nya:
Artinya: “Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”.

Dan karena amanat ini, manusia menjadi makhluk yang bertanggungjawab. Ia harus bertanggungjawab terhadap tindakan-tindakannya yang lahir dari kebebasannya memilih. Seseorang dikatakan berkhianat apabila ia bertindak sesuatu yang diamanatkan kepadanya tanpa suatu alasan yang dapat diterima oleh orang yang memberi amanat. Misalnya;
- mengabaikan pemeliharaan, merubah, dan merusak atau menjual barang-barang yang dititipkan kepadanya tanpa alasan yang jelas.
- Pemimpin yang telah diberi kepercayaan oleh rakyat untuk mengatur dan mengurus kepentingan mereka, meratakan dan membangun masyarakat yang adil dan makmur. Apabila secara langsung dan tidak langsung menyelewengkan amanat tersebut untuk memenuhi kebutuhan pribadi atau kepentingan golongan, berarti ia telah mengkhiyanati kepercayaan. Pemimpin yang semacam ini, biasanya sama sekali tidak pernah berpikir untuk menyejahterakan umat.

Sifat amanah, seperti halnya sifat adil, merupakan sifat kenabian dan merupakan pangkal moralitas serta keluhuran budi pekerti. Amanah adalah panggilan iman dan merupakan bukti wujudnya keimanan. Melaksanakan kewajiban dengan jujur dan baik juga merupakan salah satu bentuk amanat.
Lalu, jika seorang Muslim menjadi pejabat publik, maka ia akan melaksanakan amanah itu dengan penuh tanggung jawab, tidak korup, dan tidak memanfaatkan jabatannya itu untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Karena, ia sadar betul bahwa jabatan itu merupakan amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan rakyat yang memilihnya, dan terlebih lagi di hadapan Allah SWT kelak kemudian hari.
Pengkhianatan terhadap amanah hanyalah akan merusak tatanan kehidupan pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Allah SWT berfirman, ''Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah SWT dan Rasul, dan jangan pula kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui.'' (Al-Anfal: 27).
Bersyukurlah bila orang diberi amanah dan tidak berkhianat karena bila berkhianat niscaya termasuk orang-orang yang bergelimang dosa dan akan dicabut amanahnya. Bila dicabut amanahnya termasuk golongan orang-orang yang terkutuk dan sudah tidak punya rasa malu. Berikut Hadits yang menjelaskan hal tersebut di atas.
“Sesungguhnya Allah jika menghendaki membinasakan seseorang hamba, maka Dia mencabut dari orang itu rasa malu. Jika telah tercabut darinya rasa malu, engkau tidak menjumpai orang itu kecuali bergelimang dosa. Jika engkau tidak menjumpai kecuali bergelimang dosa, dicabut (pula) dari dirinya amanah. Apabila telah dicabut darinya amanah, engkau tidak menjumpainya kecuali sebagai orang yang berkhianat dan dikhianati. Jika engkau tidak menjumpainya kecuali dalam keadaan berkhianat dan dikhianati, maka dicabut darinya rahmat (Allah). Apabila telah dicabut darinya rahmat (Allah), engkau tidak menjumpainya kecuali dalam keadaan terkutuk dan terlaknat. Jika engkau tidak menjumpainya kecuali dalam keadaan terkutuk dan terlaknat, maka dicabut darinya ikatan dengan Islam”. (Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Abdullah bin Umar)

Berdusta dalam pembicaraan
Bohong dalam pembicaraan merupakan benih kemunafikan dan sumber pertentangan, menghilangkan kepercayaan dalam masyarakat yang bersangkutan dan tidak jarang bahwa bohong itu mengandung unsur penipuan. Dan seseorang yang suka berdusta akan menunutunnya ke neraka. Rasulullah Saw bersabda
وَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
Artinya: “Dan sesungguhnya dusta itu menuntun kepada penipuan (curang). Dan penipuan (curang) itu menuntun ke dalam neraka. Dan seseorang itu berdusta sehingga tercatatat di sisi Allah sebagai pendusta. (HR. al-Bukhari)

Tidak menepati janji
Tidak menepati janji itu termasuk dalam bagian dusta. Allah Swt menyebutnya dengan nifâq al-qulûb, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya.
Artinya: “Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, Karena mereka Telah memungkiri terhadap Allah apa yang Telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga Karena mereka selalu berdusta.” (QS. Al-Taubah: 77)

Mengingkari janji dapat menghilangkan kepercayaan seseorang kepadanya, membuang waktu yang telah dijanjikan bersama, merusak rencana kerja dan lebih jauh dari itu akan membuat kerugian besar terhadap orang yang menerima ikatan janji dengannya. Ia akan berubah menjadi dosa besar apabila dimaksud tidak menepati janji itu timbul bersama-sama dengan waktu mengikatkan perjanjian. Adapun bila maksud seseorang untuk menunaikan janji itu, sudah ada di hati sewakutu mengadakan perjanjian, namun oleh karena sesuatu hal tidak dapat dilaksanakan, maka ia tidak berdoasa dan karenanya ia tidak termasuk tergolong munafik lantaran mengingkari janji. Kalau waktu yang dijanjikan telah tiba dan sanggup memenuhinya, tetapi tidak dilaksanakan, ia berdosa karena tidak menepati janji.

Curang dalam pertengkaran
Curang dalam pertengkaran maksudnya tidak mengindahkan peraturan yang benar dan berlaku dalam penyelesaian suatu persengketaan termasuk dalam dosa besar. Karena dapat mengundang bencana yang dahsyat, pengingkaran atas hak lawan sengketanya dan halalnya harta serta darah lawannya.
Reseller ialah kita menjual kembali atau kita menjual barang milik orang lain dengan pembagian komisi, berikut merupakan reseller / affiliate :

Reseller dari Pusat Herbal yang sangat bermanfaat buat kesehatan tubuh yang melebihi dari obat-obatan kimia :


Berkah Herbal Banner 18


Kumpulan hadits-hadits yang sangat bermanfaat bagi kita sebagai referensi sehingga tidak menggunakan hadits-hadits yang dhoif (palsu) :
Software islami ensiklopedi hadits kitab 9 imam berisi kumpulan hadits dan terjemah

Beragam aksesoris kebutuhan wanita yang sangat cocok dipakai ketika pesta, liburan, dan lain-lain :
ViralGen Referral Shopping

Pay To Clik (PTC) merupakan bisnis online yang dilakukan dengan meng-klik iklan yang disediakan oleh website-website pelaksana seperti yang di bawah ini :




















Listening Comprehension
1. (A) He can have more than four guests at his graduation.
(B) His brother isn’t going to graduate this semester.
(C) He didn’t know that Jane wanted to be invited.
(D) He’s going to invite Jane.
2. (A) Listen to the traffic report on the radio
(B) Take a later train.
(C) Ron to catch the next train.
(D) Check the weekend schedule.
3. (A) Deliver the notebook to Kathy.
(B) Find out where Kathy put the notebook.
(C) Ask Kathy to explain the chemistry notes.
(D) Ask Kathy for the man’s notebook.
4. (A) The walk is shorter than the woman thinks it is.
(B) The lecture has already started.
(C) They won’t have a problem getting seats.
(D) The lecture may be canceled.
5. (A) The woman should have studied French in Paris.
(B) He didn’t study French in high school.
(C) Living in Paris helped improve the woman’s language skills.
(D) The woman must have had a good French teacher.
6. (A) Apologize to his roommate.
(B) Give the notes to the woman.
(C) Call the woman tonight.
(D) Take the woman’s notes to his roommate.
7. (A) She doesn’t have time to talk to Dr. Foster.
(B) She needs the additional time to finish her paper.
(C) Dr. Foster hasn’t finished grading the papers.
(D) She wants the man to help her with her paper.
8. (A) Phone the Cliffside Inn for a reservation.
(B) Ask her parents to come a different weekend.
(C) Call local hotels again in a few days.
(D) Find a hotel again in a few days.
9. (A) Mail her some information about the conference.
(B) Drive her to the conference.
(C) Attend the conference in her place.
(D) Collect her mail while she’s at the conference.
10. (A)The man should stop by the bookstore on the way to class.
(B) The man can return the books he doesn’t need.
(C) The man should have bought his books earlier.
(D) The man won’t need books on the first day of class.
11. (A) Help the man with his essay.
(B) Ask Sue to rehearse with her.
(C) Wait to rehearse until the man has finished his essay.
(D) Memorize her lines by herself.
12. (A) Show her the newspaper that he’s talking about.
(B) Think about getting an internship at another place.
(C) Sign up for more than one journalism class.
(D) Call The Times about the internship.
13. (A)He isn’t as good a tennis player as he used to be.
(B) He hasn’t had time to play tennis recently.
(C) He caught a cold shortly after the tournament.
(D) He think he’s more important than he is.
14. (A)He’ll graduate before the woman.
(B) He hopes to graduate before the summer.
(C) He doesn’t want to attend school year-round.
(D) The woman won’t be able to keep up the pace.
15. (A) It’s too late to buy the morning newspaper.
(B) He doesn’t want to go to the concert.
(C) The box office is closed today.
(D) All of the tickets have been sold.
16. (A) The woman swims as well as he does.
(B) He doesn’t have time to teach the woman to swim.
(C) He doesn’t enjoy swimming.
(D) He learned to swim at a young age.
17. (A) She has already started working on her research project.
(B) She can’t decide on a research topic.
(C) She’d like to discuss her research with the man.
(D) She has to change the subject of her research.
18. (A) Introduce the woman to his neighbor.
(B) Get a key from his neighbor.
(C) Study in his neighbor’s apartment.
(D) Borrow some books from his neighbor.
19. (A) The man shouldn’t hire the same tutor that she had.
(B) She isn’t prepared for the midterm exam either.
(C) It’s too late to find a tutor.
(D) The man should hire a tutor before the midterm exam
20. (A) Stay in the hotel for at least two nights.
(B) Leave the hotel the next morning.
(C) Ask the hotel clerk for her room key.
(D) Complain to the manager about the extra charges.
21. (A) He doesn’t recommend going to Central Mountain.
(B) He doesn’t plan to go skiing during spring break.
(C) He has never been to Central Mountain.
(D) He isn’t an experienced skier.
22. (A) She knows who the top history student is.
(B) She hasn’t read the campus newspaper today.
(C) The man is mistaken.
(D) It’s surprising that her roommate likes history.
23. (A) He’s not qualified to proofread the woman’s report.
(B) He’ll be able to talk to the woman in a few minutes.
(C) He hadn’t noticed a lot of the woman’s mistakes.
(D) He thinks the woman should have asked him sooner.
24. (A) Practice her presentation in front of him.
(B) Find out who her audience will be tomorrow.
(C) Try not to think about her audience.
(D) Watch him make his presentation.
25. (A) She’s also curious about who won the game.
(B) She didn’t go to the game.
(C) She was sitting right behind the man at the game.
(D) She also left the game early.
26. (A) Make a shopping list.
(B) Buy some groceries.
(C) Finish making the salad.
(D) Wait for the woman to return.
27. (A) He finds the dictionary very useful.
(B) He knows where the woman put the dictionary.
(C) he doesn’t expect the woman to replace the dictionary.
(D) The woman should buy her own dictionary.
28. (A) She plans to miss soccer practice.
(B) She’ll arrive at the party after soccer practice.
(C) Soccer practice will end later than usual.
(D) She’ll go to soccer practice after the party.
29. (A) Dr. Smith told her something important.
(B) Dr. Smith didn’t understand what she said.
(C) She wanted to protect Dr. Smith’s feelings.
(D) She didn’t intend to say what she said.
30. (A) He sells paint supplies.
(B) He plans to take an art class with the woman.
(C) He works as an artist.
(D)He works in an art museum.
31. (A) The cost of meals in the cafeteria.
(B) The size of the cafeteria.
(C) Career opportunities in cafeterias.
(D) The food served in the cafeteria.
32. (A) Giving advice on nutrition.
(B) Cooking food for the students.
(C) Listening to complaints about service.
(D) Serving food to the students.
33. (A) Find other students who will work in the cafeteria.
(B) Collect students’ opinions about meals.
(C) As students to try a new dish he has made.
(D) Teach students about the disadvantages of frying food.
34. (A) Stop serving hamburgers and fried chicken.
(B) Use less sauce on the food.
(C) Make some of the meals less fattening.
(D) Buy less expensive food.
35. (A) Somewhat curious.
(B) Very skeptical.
(C) Quite irritated.
(D) Not at all interested.
36. (A) That he’ll be performing in a concert.
(B) That he had a conversation with the director of a choir.
(C) That he heard a new musical composition by Barbara Johnson.
(D) That he’s been translating some Latin poems for a class.
37. (A) They’re members of the Latin club on campus.
(B) They work as editors.
(C) They attended the same concert.
(D) Music is their major field of study.
38. (A) She was upset.
(B) She was confused.
(C) She was amused.
(D) She was grateful.
39. (A) Some photographs that he took of her during the concert.
(B) A tape recording that he made of the concert.
(C) A review of the concert that he wrote for the campus paper.
(D) The corrected text from the program of the concert.
40. (A) The skills cowboys learned on the range.
(B) The evolution of rodeos.
(C) The recent decline in the popularity of rodeos.
(D) The growth of the cattle industry.
41. (A) They were small informal events.
(B) Competitors were awarded large prizes.
(C) Large audiences attended them.
(D) There were standard rules for judging events.
42. (A) It is the only traveling rodeo.
(B) it is the largest agricultural fair.
(C) It is the oldest annual rodeo.
(D) It was the first rodeo to charge admission.
43. (A) How animals react to frightening situations.
(B) Why mice are particularly fearful animals.
(C) Whether fearfulness is a genetic trait.
(D) Why certain animals are feared by humans.
44. (A) They fought with the other mice.
(B) They stayed close to their mothers.
(C) They ran back and forth constantly.
(D) They remained close to one wall.
45. (A) The extent of damage to the nervous system.
(B) The presence or absence of certain nerve-cell receptors.
(C) The size of nerve-cell receptors in the brain.
(D) The level of danger in the mammal’s environment.
46. (A) To show the relationship between fearfulness and environment.
(B) To give examples of animals that aren’t fearful.
(C) To compare fear in mammals to fear in other animals.
(D) To identify the nerves that control fear in certain animals.
47. (A) Why water flows from artesian springs.
(B) How artesian wells are drilled.
(C) Why artesian springs are important to geologic research.
(D) How aquifers are formed.
48. (A)They pump water from the aquifer.
(B) They purify the water in the aquifer.
(C) They store excess water from the aquifer.
(D) They trap water in the aquifer.
49. (A) By eroding layers of sediment above it.
(B) By traveling through cracks in layers of rock.
(C) By reversing its flow down the aquicludes.
(D) By boiling up through pores in the aquifer.
50. (A) It pushes the water upward.
(B) It keeps the water cool.
(C) It holds the water underground.
(D) It creates holes in the aquiclude.

Structure and Written Expression
1. A three-foot octopus can crawl through a hole ------ in diameter.
(A) than one inch less
(B) less than one inch
(C) one less inch than
(D) than less one inch
2. ------ adopted the decimal system of coinage in 1867.
(A) Canada
(B) When Canada
(C) Canada, which
(D) There was Canada
3. Generally, the representatives ------ a legislature are constitutionally elected by a broad spectrum of
the population.
(A) who they compose
(B) who compose
(C) had compose
(D) compose
4. The Actor’s Studio, a professional actors’ workshop in New York City, provides ------where actors
can work together without the pressure of commercial production.
(A) a place and
(B) a place
(C) so that a place
(D) a place is
5. ------ that life began billions of years ago in the water.
(A) It is believed
(B) In the belief
(C) The belief
(D) Believing
6. By 1872 the United States had 70 engineering
colleges, ------ astonishing expansion credited
largely to the Morrill Act of 1862.
(A) because
(B) an
(C) to which
(D) was
7. The artist Romare Bcarden was ------ whose yellows, deep blues, and fuchsias contrasted
strongly with photographic gray in his bright collages.
(A) with a gift for color
(B) a gifted colorist
(C) a gift with colorful
(D) gifted with coloring
8. The most important chemical catalyst on this planet is chlorophyll, -------carbon dioxide and water
react to form carbohydrates.
(A) whose presence
(B) which is present
(C) presenting
(D) in the presence of which
9. One theory of the origin of the universe is-------from the explosion of a tiny, extremely dense fireball
several billion years ago.
(A) because what formed
(B) the formation that
(C) that it formed
(D) when forming
10. Roads in the United States remained crude,------- with graved or wood planks, until the beginning of
the twentieth century.
(A) were unsurefaced or they covered them
(B) which unsureface or covered
(C) unsurfaced or covered them
(D) unsurfaced or covered
11. Portrait prints were the first reproductions of American paintings ------- widely distributed in the
United States.
(A) were
(B) that which
(C) that being
(D) to be
12. Abigail Adams was prodigious letter writer, ------- many editions of her letters have been
published.
(A) who
(B) and
(C) in addition to
(D) due to
13. In geometry, an ellipse may be defined as the locus of all points -------distances from two fixed
points is constant.
(A) which as the sum of
(B) of the sum which
(C) whose sum of whose
(D) whose sum that the
14. -------at the site of a fort established by the Northwest Mounted Police, Calgary is now one of
Canada’s fastest growing cities.
(A) Built
(B) It is built
(C) To build
(D) Having built
15. An image on a national flag can symbolize political ideals that -------express.
(A) take many words to otherwise would.
(B) would take to many otherwise words
(C) many words to take would otherwise
(D) would otherwise take many words to
16. A variation of collodion photography was the tintype, which captured images on a black or dark
A B C
brown metal plate instead from on glass.
D
17. In cases of minor injury to the brain, amnesia is likely to be a temporarily condition.
A B C D
18. The system of chemical symbols, first devised about 1800 gives a concise and instantly
A B
recognizable description of a element or compound.
C D
19. The fact that white light is light composed of various wavelengths may be demonstrating by
A B C
dispersing a beam of such light through a prism.
D
20. Over the course of history, much civilizations developed their own number systems.
A B C D
21. In the United States during the Second World War, each trade unions and employers avoided federal
A B
limits on wages by offering employees nontaxable medical benefits.
C D
22. Philosophy is the study of the nature of reality, knowledge, existent, and ethics by means of rational
A B C D
inquiry.
23. Poems vary in length from brief lyric poems to narrative or epic poems, which can be as broad in
A B C
scope than a novel.
D
24. The population of California more than doubled during the period 1940-1960, creating problems in
A B
road-building and provide water for its arid southern section.
C D
25. Although based it on feudal models, the colony of Pennsylvania developed a reputation for a
A B C
progressive political and social outlook.
D
26. Hard and resistant to corrosion, bronze is traditionally used in bell casting and is the material used
A B
widely most for metal sculpture.
C D
27. The Appalachian Mountains formation a natural barrier between the eastern seaboard and the vast
A B
lowlands of the continental interior of North America.
C D
28. The United States census for 1970 showed that the French-speaking residents of Louisiana were one
A B C
of the country’s most compact regional linguistic minority.
D
29. When used as food additives, antioxidants prevent fats and oils from become rancid when exposed
A B C
to air, and thus extend their shelf life.
D
31. Copper was the first metallic used by humans and is second only to iron in its utility through
A B C
the ages.
D
32. Despite the fact that lemurs are general nocturnal, the ring-tailed lemur travels by day in bands of
A B C
four to twelve individuals.
D
33. The Western world is beset with the range of problem that characterize mature, postindustrial
A B C
societies.
D
34. Acrylic paints are either applied using a knife or diluted and spreading with a paintbrush.
A B C D
35. Some marine invertebrates, such as the sea urchin and the starfish, migrates from deep water
A B
to shallow during spring and early summer to spawn.
C D
36. Marshes, wetland areas characterized by plant grassy growth, are distinguished from swamps,
A B C
wetlands where trees grown.
D
37. Wampum, beads used as a form of exchange by some Native Americans, was made of bits of
A B C
seashells cut, drill, and strung into belts.
C
38. Kangaroos use their long and powerful tails for balance themselves when sitting upright or
A B C D
jumping.
39. Proper city planning provides for the distribution of public utilities, public buildings, parks, and
A B
recreation centers, and for adequate and the inexpensive housing.
C D
40. Most traditional dances are made up of a prearranged series of steps and movements, but modern
A B
dancers are generally free to move as they choice.
C D

Reading Comprehension
Questions 1-9
In 1972, a century after the first national park in the United States was established at
Yellowstone, legislation was passed to create the National Marine Sanctuaries Program.
The intent of this legislation was to provide protection to selected coastal habitats similar
To that existing for land areas designated as national parks. The designation of an areas
a marine sanctuary indicates that it is a protected area, just as a national park is. People
are permitted to visit and observe there, but living organisms and their environments may
not be harmed or removed.
The National Marine Sanctuaries Program is administered by the National Oceanic
and Atmospheric Administration, a branch of the United States Department of Commerce.
Initially, 70 sites were proposed as candidates for sanctuary status. Two and a half decades
later, only fifteen sanctuaries had been designated, with half of these established after
1978. They range in size from the very small (less than I square kilometer) Fagatele Bay
National Marine Sanctuary in American Samoa to the Monterey Bay National Marine
Sanctuary in California, extending over 15,744 square kilometers.
The National Marine Sanctuaries Program is a crucial part of new management
practices in which whole communities of species, and not just individual species, are
offered some degree of protection from habitat degradation and overexploitation. Only
in this way can a reasonable degree of marine species diversity be maintained in a setting
that also maintains the natural interrelationships that exist among these species.
Several other types of marine protected areas exist in the United States and other
countries. The National Estuarine Research Reserve System, managed by the United
States government, includes 23 designated and protected estuaries. Outside the United
States, marine protected-area programs exist as marine parks, reserves, and preserves.
Over 100 designated areas exist around the periphery of the Carbbean Sea. Others range
from the well-known Australian Great Barrer Reef Marine Park to lesser-known parks
in countries such as Thailand and Indonesia, where tourism is placing growing pressures
on fragile coral reef systems. As state, national, and international agencies come to
recognize the importance of conserving marine biodiversity, marine projected areas.
whether as sanctuaries, parks, or estuarine reserves, will play an increasingly important
role in preserving that diversity.
1. What does the passage mainly discuss?
(A) Differences among marine parks, sanctuaries, and reserves
(B) Various marine conservation programs
(C) International agreements on coastal protection
(D) Similarities between land and sea protected environments
2. The word “intent” in line 3 is closest in meaning to ….
(A) repetition
(B) approval
(C) goal
(D) revision
3. The word “administered” in line 8 is closest in meaning to ….
(A) managed
(B) recognized
(C) opposed
(D) justified
4. The word “these” in line 11 refers to ….
(A) sites
(B) candidates
(C) decades
(D) sanctuaries
5. The passage mentions the Monterey Bay National Marine Sanctuary (lines 13-14) as an
example of a sanctuary that ….
(A) is not well know
(B) covers a large area
(C) is smaller than the Fagatele Bay National Marine Sanctuary
(D) was not originally proposed for sanctuary status
6. According to the passage, when was the National Marine Sanctuaries Program established?
(A) Before 1972
(B) After 1987
(C) One hundred years before national parks were established
(D) One hundred years after Yellowstone National Park was established
7. According to the passage, all of the following are achievements of the National Marine Sanctuaries
Program EXCEPT ….
(A) the discovery of several new marine organisms
(B) the preservation of connections between individual marine species
(C) the protection of coastal habitats
(D) the establishment of areas where the public
can observe marine life
8. The word “periphery” in line 24 is closest in meaning to ….
(A) depth
(B) landmass
(C) warm habitat
(D) outer edge
9. The passage mentions which of the following as a threat to marine areas outside the United States?
(A) Limitations in financial support
(B) The use of marine species as food
(C) Variability of the climate
(D) Increases in tourism
Questions 10-17
From their inception, most rural neighborhoods in colonial North America included
at least one carpenter, joiner, sawyer, and cooper in woodworking; a weaver and a tailor
for clothing production; a tanner, currier, and cordwainer (shoemaker) for fabricating leather
objects; and a blacksmith for metalwork, Where stone was the local building material, a
mason was sure to appear on the list of people who paid taxes. With only an apprentice as
an assistant, the rural artisan provided the neighborhood with common goods from furniture
to shoes to farm equipment in exchange for cash or for “goods in kind” from the customer’s
field, pasture, or dairy. Sometimes artisans transformed material provided by the customer
wove cloth of yam spun at the farm from the wool of the family sheep; made chairs or tables
from wood cut in the customer’s own woodlot; produced shoes or leather breeches from
cow, deer, or sheepskin tanned on the farm.
Like their farming neighbors, rural artisans were part of an economy seen, by one
historian, as “an orchestra conducted by nature.” Some tasks could not be done in the winter,
other had to be put off during harvest time, and still others waited on raw materials that were
only produced seasonally. As the days grew shorter, shop hours kept pace, since few artisans
could afford enough artificial light to continue work when the Sun went down. To the best
of their ability, colonial artisans tried to keep their shops as efficient as possible and to
regularize their schedules and methods of production for the best return on their investment
in time, tools, and materials, While it is pleasant to imagine a woodworker, for example,
carefully matching lumber, joining a chest together without resort to nails or glue, and
applying all thought and energy to carving beautiful designs on the finished piece, the time
required was not justified unless the customer was willing to pay extra for the quality—
and few in rural areas were, Artisans, therefore, often found it necessary to employ as
many shortcuts and economics as possible while still producing satisfactory products.
10. What aspect of rural colonial North America does the passage mainly discuss?
(A) Farming practices
(B) The work of artisans
(C) The character of rural neighborhoods
(D) Types of furniture that were popular
11. The word “inception” in line 1 is closest in meaning to ….
(A) investigation
(B) location
(C) beginning
(D) records
12. The word “fabricating” in line 3 is closest in meaning to ….
(A) constructing
(B) altering
(C) selecting
(D) demonstrating
13. It can be inferred from the from the passage that the use of artificial light in colonial times was ….
(A) especially helpful to woodworkers
(B) popular in rural areas
(C) continuous in winter
(D) expensive
14. Why did colonial artisans want to “regularize their schedules their schedules” (line 18)?
(A) To enable them to produce high quality products
(B) To enable them to duplicate an item many times
(C) To impress their customers
(D) To keep expenses low
15. The phrase “resort to” in line 20 is closest in meaning to ….
(A) protecting with
(B) moving toward
(C) manufacturing
(D) using
16. The word “few’ in lines 23 refers to ….
(A) woodworkers
(B) finished pieces
(C) customers
(D) chests
17. It can inferred that the artisans referred to in the passage usually produced products that were ….
(A) simple
(B) delicate
(C) beautifully decorated
(D) exceptionally long-lasting
Questions 18-28
Cities develop as a result of functions that they can perform. Some functions result
directly from the ingenuity of the citizenry, but most functions result from the needs of
the local area and of the surrounding hinterland (the region that supplies goods to the
city and to which the city furnishes services and other goods). Geographers often make
a distinction between the situation and the site of a city. Situation refers to the general
position in relation to the surrounding region, whereas site involves physical
characteristics of the specific location. Situation is normally much more important to
the continuing prosperity of a city. if a city is well situated in regard to its hinterland, its
development is much more likely to continue. Chicago, for example, possesses an almost
unparalleled situation: it is located at the southern end of a huge lake that forces east-west
transportation lines to be compressed into its vicinity, and at a meeting of significant land
and water transport routes. It also overlooks what is one of the world’s finest large
farming regions. These factors ensured that Chicago would become a great city regardless
of the disadvantageous characteristics of the available site, such as being prone to flooding
during thunderstorm activity.
Similarly, it can be argued that much of New York City’s importance stems from its
early and continuing advantage of situation. Philadephia and Boston both originated at
about the same time as New York and shared New York’s location at the western end of
one of the world’s most important oceanic trade routes, but only New York possesses an
easy-access functional connection (the Hudson-Mohawk lowland) to the vast Midwestern
hinterland. This account does not alone explain New York’s primacy, but it does include
several important factors. Among the many aspects of situation that help to explain why
some cities grow and others do not, original location on a navigable waterway seems
particularly applicable. Of course, such characteristic as slope, drainage, power
resources, river crossings, coastal shapes, and other physical characteristics help to
determine city location, but such factors are normally more significant in early stages
of city development than later.
18. What does the passage mainly discuss?
(A) The development of trade routes through United States cities
(B) Contrasts in settlement patterns in United States
(C) Historical differences among three large United States cities
(D) The importance of geographical situation in the growth of United States cities
19. The word “ingenuity” in line 2. is closest in meaning to ….
(A) wealth
(B) resourcefulness
(C) traditions
(D) organization
20. The passage suggests that a geographer would consider a city’s soil type part of its ….
(A) hinterland
(B) situation
(C) site
(D) function
21. According to the passage, a city’s situation is more important than its site in regard to the city’s ….
(A) long-term growth and prosperity
(B) ability to protect its citizenry
(C) possession of favorable weather conditions
(D) need to import food supplies
22. The author mentions each of the following as an advantage of Chicago’s location EXCEPT its ….
(A) hinterland
(B) nearness to a large lake
(C) position in regard to transport routes
(D) flat terrain
23. The word “characteristics” in line 14 is closest in meaning to ….
(A) choices
(B) attitudes
(C) qualities
(D) inhabitants
24. The primary purpose of paragraph 1 is to ….
(A) summarize past research and introduce anew study
(B) describe a historical period
(C) emphasize the advantages of one theory over another
(D) define a term and illustrate it with an example
25. According to the passage, Philadelphia and Boston are similar to New York City in ….
(A) size of population
(B) age
(C) site
(D) availability of rail transportation
26. The word “functional” in line 20 is closest in meaning to ….
(A) alternate
(B) unknown
(C) original
(D) usable
27. The word “it” in line 21 refers to ….
(A) account
(B) primacy
(C) connection
(D) hinterland
28. The word “significant” in line 26 is closest in meaning to ….
(A) threatening
(B) meaningful
(C) obvious
(D) available
http://paman-guru.blogspot.com/ Page 14
Questions 29-40
The largest of the giant gas planets, Jupiter, with a volume 1,300 times greater than
Earth’s, contains more than twice the mass of all the other planets combined. It is thought
to be a gaseous and fluid planet without solid surfaces, Had it been somewhat more massive,
Jupiter might have attained internal temperatures as high as the ignition point for nuclear
reactions, and it would have flamed as a star in its own right. Jupiter and the other giant
planets are of a low-density type quite distinct from the terrestrial planets: they are
composed predominantly of such substances as hydrogen, helium, ammonia, and methane,
unlike terrestrial planets. Much of Jupiter’s interior might be in the form of liquid, metallic
hydrogen, Normally, hydrogen is a gas, but under pressures of millions of kilograms per
square centimeter, which exist in the deep interior of Jupiter, the hydrogen atoms might
lock together to form a liquid with the properties of a metal. Some scientists believe that
the innermost core of Jupiter might be rocky, or metallic like the core of Earth.
Jupiter rotates very fast, once every 9.8 hours. As a result, its clouds, which are composed
largely of frozen and liquid ammonia, have been whipped into alternating dark and bright
bands that circle the planet at different speeds in different latitudes. Jupiter’s puzzling
Great Red Spot changes size as it hovers in the Southern Hemisphere. Scientists speculate
it might be a gigantic hurricane, which because of its large size (the Earth could easily fit
inside it), lasts for hundreds of years.
Jupiter gives off twice as much heat as it receives from the Sun. Perhaps this is primeval
heat or beat generated by the continued gravitational contraction of the planet. Another
starlike characteristic of Jupiter is its sixteen natural satellites, which, like a miniature model
of the Solar System, decrease in density with distance—from rocky moons close to Jupiter
to icy moons farther away. If Jupiter were about 70 times more massive, it would have
become a star, Jupiter is the best-preserved sample of the early solar nebula, and with its
satellites, might contain the most important clues about the origin of the Solar System.
29. The word “attained” in line 4 is closest in meaning to ….
(A) attempted
(B) changed
(C) lost
(D) reached
30. The word “flamed” in line 5 is closest in meaning to ….
(A) burned
(B) divided
(C) fallen
(D) grown
31. The word “they” in line 6 refers to ….
(A) nuclear reactions
(B) giant planets
(C) terrestrial
(D) substances
32. According to the passage, hydrogen can become a metallic-like liquid when it is ….
(A) extremely hot
(B) combined with helium
(C) similar atmospheres
(D) metallic cores
33. According to the passage, some scientists believe Jupiter and Earth are similar in that they both have
(A) solid surfaces
(B) similar masses
(C) similar atmospheres
(D) metallic cores
34. The clouds surrounding Jupiter are mostly composed of ….
(A) ammonia
(B) helium
(C) hydrogen
(D) methane
35. It can be inferred from the passage that the appearance of alternating bands circling Jupiter is caused
by ….
(A) the Great Red Spot
(B) heat from the Sun
(C) the planet’s fast rotation
(D) Storms from the planet’s Southern Hemisphere
36. The author uses the word “puzzling” in line 15 to suggest that the Great Red Spot is ….
(A) the only spot of its kind
(B) not well understood
(C) among the largest of such spots
(D) a problem for the planet’s continued existence
37. Paragraph 3 supports which of the following conclusions?
(A) Jupiter gives off twice as much heat as the Sun.
(B) Jupiter has a weaker gravitational force than the other planets.
(C) Scientists believe that Jupiter was once a star.
(D) Scientists might learn about the beginning of the Solar System by Studying Jupiter.
38. Why does the author mention primeval heat (lines 19-20) ?
(A) To provide evidence that Jupiter is older than the Sun
(B) To provide evidence that Jupiter is older than the other planets
(C) To suggest a possible explanation for the number of satellites that Jupiter has
(D) To suggest a possible source of the quantity of heat that Jupiter gives off
39. According to the passage, Jupiter’s most distant moon is ….
(A) the least dense
(B) the largest
(C) warm on the surface
(D) very rocky on the surface
40. Which of the following statements is supported by the passage?
(A) If Jupiter had fewer satellites, it would be easier for scientists to study the planet itself.
(B) If Jupiter had had more mass, it would have developed internal nuclear reactions.
(C) If Jupiter had been smaller, it would have become a terrestrial planet.
(D) if Jupiter were larger, it would give off much less heat
Questions 41-50
The tern “art deco” has come to encompass three distinct but related design trends
of the 1920’s and 1930’s. The first was what is frequently referred to as “zigzag
moderne” –the exotically ornamental style of such skyscrapers as the Chrysler Building
in New York City and related structures such as the Paramount Theater in Oakland,
California The word “zigzag” alludes to the geometric and stylized ornamentation of
zigzags, angular patterns, abstracted plant and animal motifs, sunbursts, astrological
imagery, formalized fountains, and related themes that were applied in mosaic relief.
and mural form to the exterior and interior of the buildings. Many of these buildings were
shaped in the ziggurat form, a design resembling an ancient Mesopotamian temple tower
that recedes in progressively smaller stages to the summit, creating a staircase-like effect.
The second manifestation of art deco was the 1930’s streamlined moderne” style—a
Futuristic-looking aerodynamic style of rounded corners and horizontal bands known as
“speed stripes.” In architecture, these elements were frequently accompanied by round
windows, extensive use of glass block, and flat rooftops.
The third style, referred to as cither “ international stripped classicism,” or simply
“ classical moderne,” also came to the forefront during the Depression, a period of severe
economic difficult in the 1930’s. This was amore conservative style, blending a
simplified modernistic style with a more austere form of geometric and stylized relief
sculpture and other ornament, including interior murals. May buildings in this style
were erected nationwide through government programs during the Depression .
Although art deco in its many forms was largely perceived as thoroughly modern,
it was strongly influenced by the decorative arts movements that immediately preceded
it. For example, like “art nouveau” (1890-1910), art deco also used plant motifs, but
regularized the forms into abstracted repetitive patterns rather than presenting them as
flowing, asymmetrical foliage, Like the Viennese craftspeople of the Wiener Werkstatte,
art deco designers worked with exotic materials, geometricized shapes, and colorfully
ornate patterns. Furthermore, like the artisans of the Arts and Crafts Movement in England
and the United States, art deep practitioners considered it their mission to transform the
domestic environment through well-designed furniture and household accessories.
41. What aspect of art deco does the passage mainly discuss?
(A) The influence of art deco on the design of furniture and household accessories
(B) Ways in which government programs encouraged the development of art deco
(C) Architectural manifestations of art deco during the 1920’s and 1930’s
(D) Reasons for the popularity of art deco in New York and California
42. The word “encompass” in line 1 is closest in meaning to ….
(A) separate
(B) include
(C) replace
(D) enhance
43. The phrase “The first” in line 2 refers to ….
(A) the term “art deco”
(B) design trends
(C) the 1920’s and 1930’s
(D) skyscrapers
44. In line 9, the author mentions “an ancient Mesopotamian temple tower ” in order to ….
(A) describe the exterior shape of certain “art deco” buildings
(B) explain the differences between ancient and modern architectural steles
(C) emphasize the extent of architectural advances
(D) argue for a return to more traditional architectural design
45. The streamlined moderne style is characterized by all of the following EXCEPT ….
(A) animal motifs
(B) flat roofs
(C) round windows
(D) “speed stripes”
46. The phrase “came to the forefront” in line 16 is closest in meaning to ….
(A) grew in complexity
(B) went through a process
(C) changed its approach
(D) became important
47. According to the passage, which of the following statements most accurately describes the
relationship between art deco and art nouveau?
(A) They were art forms that competed with each other for government support during the Depression
era.
(B) They were essentially the same art form.
(C) Art nouveau preceded art deco and influenced it.
(D) Art deco became important in the United States while art nouveau became popular in England.
48. According to the passage, a building having an especially ornate appearance would most probably
have been designed in the style of ….
(A) zigzag moderne
(B) streamlined moderne
(C) classical moderne
(D) the Arts and Crafts Movement
49. According to the passage, which of the following design trends is known by more than one name ?
(A) Zigzag moderne
(B) Streamlined moderne
(C) International stripped classicism
(D) Arts and Crafts Movement
50. The passage is primarily developed as ….
(A) the historical chronology of a movement
(B) a description of specific buildings that became famous for their unusual beauty
(C) an analysis of various trends within an artistic movement
(D) an argument of the advantages of one artistic form over another


Manusia normal pada hakikatnya dapat mengetahui kebenaran dengan segala kemampuan dan keterba-tasannya. Ia juga bisa memilih (ikhtiyar) dan memilah (tafriq), membedakan (tamyiz), menilai dan menentukan (tahkim) mana yang benar dan mana yang salah, mana yang berguna dan mana yang berbahaya, dan seterusnya.
‘Kemampuan’ yang dimaksud adalah kapasitas manusia lahir dan batin, mental dan spiritual, dengan segala bentuk dan rupanya. Ada pun ‘keterbatasan’ merujuk pada keterbatasan intrinsik manusiawi maupun ekstrinsik non-manusiawi, Keterbatasan yang dimiliki manusia meskipun ada, tidak sampai berakibat gugurnya nilai kebenaran maupun keabsahan atau validitas dari ilmu itu sendiri. Sedangkan kondisi ‘normal’ yakni keadaan seorang yang sempurna (tidak cacat) dan sehat (tidak sakit atau terganggu), baik fisik maupun mentalnya, jasad dan ruhnya, terutama sekali akal dan hati (qalb)-nya.
Maka dalam diskursus Filsafat Ilmu yang Islami, mengetahui (‘ilm) dan mengenal (ma‘rifah) bukan sesuatu yang mustahil. Pendirian kaum Muslimin Ahlus Sunnah wal-Jama’ah dalam soal ini disimpulkan oleh Abu Hafs Najmuddin ‘Umar ibn Muhammad an-Nasafi secara ringkas: haqa’iqul asyya’ tsabitah, wal-ilmu biha mutahaqqiqun, khilafan lis-sufistha’iyyah (Lihat: Matan al-‘Aqa‘id dalam Majmu‘ Muhimmat al-Mutun, Kairo: al-Matba ‘ah al-Khayriyyah, 1306 H).
Ditegaskan bahwasanya hakikat, kuiditas atau esensi dari segala sesuatu itu tetap sehingga bisa ditangkap oleh akal minda kita. Hakikat segala sesuatu dikatakan tidak berubah karena yang berubah-ubah itu hanya sifat-sifatnya, a’rad, lawahiq atau lawazim-nya saja, sehingga ia bisa diketahui dengan jelas. Sebagai contoh, manusia bisa dibedakan dari monyet, ayam tidak kita samakan dengan burung, atau roti dengan batu. Maka ilmu tentang kebenaran tidak mustahil untuk diketahui oleh manusia sebagaimana ditegaskan dalam kitab suci al-Qur’an surah az-Zumar (39:9): “…. katakanlah: Apakah sama, orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui?”
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah: Bagaimana cara, dengan apa atau dari ilmu apa dapat diketahui dan dipastikan? Meminjam formulasi wacana filsafat modern: How is knowledge possible? Jawaban pertanyaan ini adalah ilmu diperoleh melalui tiga sumber, yaitu persepsi indera (idrak al-hawass), proses kognitif akal yang sehat (ta‘aqqul) termasuk intuisi (hads), dan melalui informasi yang benar (khabar shadiq). Demikian ditegaskan oleh Sa‘duddin at-Taftazani, Syarh al-‘Aqa‘id an-Nasafiyyah, cetakan Istanbul: al-Matba’ah al- ‘Uthmaniyyah, 1308 H.
Permasalahan tersebut juga disinyalir dalam al-Qur’an surat an-Nahl (16):78, Qaf (50):37, al-A’raf (7): 179, Ali ‘Imran (3):138, dan masih banyak lagi. Persepsi inderawi yang digunakan manusia untuk memperoleh ilmu meliputi kelima indera (pendengar, pelihat, perasa, penyium, penyentuh), di samping indera keenam yang disebut al-hiss al-musytarak atau sensus communis, yang menyertakan daya ingat atau memori (dzakirah), daya penggambaran (khayal) atau imajinasi, dan daya perkiraan atau estimasi (wahm) (Silakan lihat: Imam al-Ghazali, Ma‘arij al-Quds ila Madarij Ma‘rifat an-Nafs, Beirut, 1978). Sedangkan proses akal mencakup nalar (nazar) dan alur pikir (fikr), seperti dinyatakan oleh Imam ar-Razi dalam kitab Muhassal Afkar al-Mutaqaddimi wa 1-Muta’akhkhirin, cetakan Kairo: al-Matba’ah al-Husayniyyah, 1969. Dengan nalar dan pikir ini manusia bisa berartikulasi, menyusun proposisi, menyatakan pendapat, berargumentasi, melakukan analogi, membuat putusan dan menarik kesimpulan. Selanjutnya, dengan intuisi ruhani seseorang dapat menangkap pesan-pesan ghaib, isyarat-isyarat ilahi, menerima ilham, fath, kasyf, dan sebagainya.
Selain persepsi indera dan proses akal sehat, sumber ilmu manusia yang tak kalah pentingnya adalah khabar sadiq, yakni informasi yang berasal dari atau disandarkan pada otoritas. Sumber khabar sadiq, apalagi dalam urusan agama, adalah wahyu (Kalam Allah dan Sunnah Rasul-Nya) yang diterima dan ditransmisikan (ruwiya) dan ditransfer (nuqila) sampai ke akhir zaman. Mengapa hanya khabar sadiq yang diakui sebagai sumber ilmu? Mengapa tidak semua informasi bisa dan atau harus diterima? Lantas kapan suatu proposisi, informasi, pernyataan, ucapan, pengakuan, kesaksian, kabar mesti ditolak? Apa patokan dan ukurannya? Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan ini pun telah dirumuskan oleh para ulama ahli hadis dan usul fiqh.
Secara umum, khabar atau kabar dalam arti berita, informasi, cerita, riwayat, pernyataan, atau ucapan, berdasarkan nilai kebenarannya dapat diklasifikasikan menjadi kabar benar (shadiq) dan kabar palsu (kadzib). Sebagian ulama bahkan berpendapat pemilihan ini perlu diperjelas lagi dengan kriteria ‘dengan sendirinya’ (bi-nafsihi atau lidzatihi) yakni tanpa diperkuat oleh sumber lainnya, dan ‘dengan yang lain’ (bi-ghayrihi) yakni karena didukung dan diperkuat oleh sumber lain. Khabar shadiq menurut Imam an-Nasafi, al‘Aqa’id dibedakan menjadi dua macam. Pertama, khabar mutawatir, yaitu informasi yang tidak diragukan lagi karena berasal dan banyak sumber yang tidak mungkin bersekongkol untuk berdusta. Maka kabar jenis ini merupakan sumber ilmu yang pasti kebenarannya (mujib li l-’ilmi d-dharuri). Kedua, informasi yang dibawa dan disampaikan oleh para Rasul yang diperkuat dengan mukjizat. Informasi melalui jalur ini bersifat istidlali dalam arti baru bisa diterima dan diyakini kebenarannya (yakni menjadi ilmu dharuri alias necessary knowledge) apabila telah diteliti dan dibuktikan terlebih dulu statusnya. Keterangan Imam an-Nasafi ini menggabungkan aspek kualitas dan kuantitas narasumber.
Penting sekali diketahui bahwa tidak semua informasi atau pernyataan yang berasal dari orang banyak bisa serta-merta dianggap mutawatir. Mengingat implikasi epistemologisnya yang sangat besar, para ulama telah menetapkan sejumlah syarat sebagai patokan untuk menentukan apakah sebuah kabar layak disebut mutawatir atau tidak. Berkenaan dengan khabar al-wahid atau khabar al-ahad, para ulama juga telah menetapkan persyaratan yang cukup ketat, tidak hanya untuk nara sumbernya, tapi mencakup isi pesan yang disampaikannya, serta cara penyampaiannya. Maka sebuah kabar yang membawa ilmu mesti diklasifikasi juga berdasarkan kualitas sumber-sumbernya, siapa pembawa atau penyebarnya atau orang yang mengatakannya, lalu bagaimana kualifikasi serta otoritasnya (sanad atau isnadnya).
Sikap kritis terhadap sumber dan isi ilmu dalam juga perlu dilakukan terhadap sumber intern masyarakat Islam sendiri. Hal ini dapat dilacak dan sejarah keilmuan Islam sejak kurun pertama Hijriyah. Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq, ‘Umar ibn al-Khattab dan Ali ibn Abi Talib terkenal sangat berhati-hati dalam menerima suatu laporan atau khabar dari para Sahabat mengenai ucapan, perbuatan ataupun keputusan yang ditetapkan Rasulullah SAW. Untuk menepis kemungkinan terjadinya tindakan pemalsuan dan dusta atas nama Rasulullah SAW, para khalifah bukan hanya melakukan pemeriksaan seksama (tatsabbut) dengan cara meminta minimal dua orang saksi (istisyhad) dan menuntut sumpah (istihlaf, bahkan juga mengimbau agar orang tidak gampangan mengeluarkan hadith (iqlal fi r-riwayah). Untuk ini kita bisa merujuk kitab Hujjiyyat as-Sunah karya ‘Abd al-Ghani ‘Abd al-Khaliq, Washington: International Institute of Islamic Thought, 1986.
Sikap selektif terhadap sumber ilmu yang dikembangkan menjadi metode isnad ternyata masih sangat relevan dalam tradisi intelektual di jaman modern ini. Pentingnya metode ini dapat dirujuk kepada pernyataan ulama salaf ‘Abdullah ibn al-Mubarak (w. 181 H 797 M): “Tanpa sandaran otoritas, niscaya setiap orang akan berbicara tentang apa saja sesuka-hatinya (lawla l-isnad, laqala man sya’a ma sya’a).” Sedangkan Abu Hurayrah r.a., Ibn ‘Abbas r.a., Zayd ibn Aslam, Ibn Sirin, al-Hasan al-Basri, ad-Dhahhak, Ibrahim an-Nakha’i pun telah berpesan: “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Karena itu, perhatikanlah dengan siapa kalian berguru dalam soal agama (inna hadza-l-’ilma dinun, fa unzhuru ‘amman ta’khudhuna dinakum). (Imam Abu Hatim Muhammad ibn Hibban, kitab al-Majruhin min al-Muhaddithin wa d-Dhu‘afa’ wa l-Matrukin, cetakan Aleppo: Dar al-Wa’y, 1396 H.
Apabila diekspresikan dalam bahasa epistemologi kontemporer, pesan ini berarti bahwa ilmu haruslah dicari dari sumber-sumber yang otoritatif yaitu mereka yang memiliki pandangan hidup Islam dan terpancarkan dari prinsip-prinsip ajaran agama Islam itu sendiri. Maka dapat kita simpulkan bahwa filsafat ilmu itu mencakup arti mengetahui, obyek pengetahuan, sumber ilmu pengetahuan, dan proses mengetahui yang dalam Islam memiliki ciri khas tersendiri dan karenanya secara substantif sangat berbeda dengan filsafat ilmu dalam peradaban-peradaban lain.
Prinsip-prinsip (usul) dan dasar-dasar (mabadi’) filsafat Ilmu dalam Islam telah dirumuskan oleh para ulama Islam terdahulu (salaf) dan golongan Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah berasaskan kitab suci al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW sehingga tidak empirisistik hanya mengandalkan persepsi inderawi dan bukan pula rasionalistik mendewakan kemampuan akal belaka, akan tetapi dikuatkan oleh wahyu otentik yang berasal dari Allah swt, Sang Pemilik ilmu.*
Sumber : http://insistnet.com/


Pertama, mencari sponsor iklan secara langsung untuk blog anda. Seperti halnya media masa lainnya, blog kita juga dapat dipasangi iklan dari para sponsor yang memiliki produk untuk di iklankan. Cara mendapatkan sponsornya adalah dengan cara mengunjungi situs-situs atau web blog yang memiliki produk sendiri untuk dijual. Selanjutnya kita cari kontak mereka, karena setiap blog yang menjual produk pasti memiliki contact person. Catat kontak yang ada di web blog mereka seperti email, nomor handphone, Yahoo Messenger, dan juga Pin BB apabila ada. Setelah mendapatkan kontak mereka tawarkan blog kita kepada mereka dengan cara memberikan data yang lengkap seputar web blog yang kita miliki seperti jumlah pengunjung, alexa rank, dan juga pagerank.
Kedua, Mengikuti program PPC. Cara ini merupakan salah satu alternatif tercepat untuk mendapatkan uang dari blog, karena kita tidak perlu susah payah mencari sponsor iklan untuk situs kita. Dengan mengikuti program PPC (Pay Per Click) kita akan mendapatkan kiriman iklan secara langsung dari broker iklan. Daftar broker iklan di Indonesia yang dapat anda ikuti diantaranya: IDBlogNetwork, KlikSaya, KumpulBlogger, AdsenseCamp, Sitti, dan masih banyak broker iklan PPC lainnya. Setelah anda mendaftar di salah satu Broker iklan diatas, anda akan mendapatkan script untuk dipasang di blog yang nantinya broker akan langsung mengirimkannya ke script tersebut.
Ketiga, Mengikuti program Paid To Review. Ini adalah sebuah program dimana anda akan dibayar setiap anda disuruh mengerjakan sebuah review di blog anda sendiri. Harga per Review nya pun berpariasi biasanya bisa mencapai Rp 600.000 – Rp 2.000.000 tergantung program apa yang kamu ikuti. Program Review yang bisa anda ikuti adalah Program Paid to Review seperti SponsoredReviews.com, ReviewMe, Blogsvertise, BuyBlogReviews.com. dan yang lokal adalah Idblognetwork.com.
Keempat, Menjadi affiliasi marketing. Ini adalah program dimana kamu akan mendapatkan komisi penjualan jika kamu bisa menjual produk orang biasa komisi yang diberikan adalah 50% dari nilai jual namun biasa bisa lebih bahkan kurang dari itu tergantung program yang kamu ikutin. Nah untuk mendapatkan penjualan kamu bisa mereview produk Afilasi yang kamu jual di blog kamu serta bisa memasng baner baner produk Afilasi di Blog kamu. Berikut contoh-contoh program affiliasi seperti Google Affiliate, Amazon Associates, ClickBank, Commission Junction, Affiliate Fuel dan masih banyak yang lainnya atau anda dapat mencari program Affliasi yang Lokal/domestik.
Kelima, Mengikuti program pemendekan url yang terlalu panjang. Cara ini juga terbilang mudah, karena kita cukup mendaftar di situs shortener url seperti Adf, Kamu akan dibayar oleh Adf apabila url yang kamu pendekan dikunjungi oleh orang lain. Jadi, supaya url kita dikunjungi oleh orang lain. Kita harus share url tersebut ditempat yang banyak pengunjungnya seperti Facebook, Twitter, dan juga jejaringan sosial lainnya.
Semoga Bermanfaat ya!! Jangan Lupa link PTC di samping di klik yah ....




Akhir-akhir ini banyak orang yang mengeluhkan masalah penghasilan atau rizki, entah karena merasa kurang banyak atau karena kurang berkah. Begitu pula berbagai problem kehidupan, mengatur pengeluaran dan kebutuhan serta bermacam-macam tuntutannya. Sehingga masalah penghasilan ini menjadi sesuatu yang menyibukkan, bahkan membuat bingung dan stress sebagian orang. Maka tak jarang di antara mereka ada yang mengambil jalan pintas dengan menempuh segala cara yang penting keinginan tercapai. Akibatnya bermunculanlah koruptor, pencuri, pencopet, perampok, pelaku suap dan sogok, penipuan bahkan pembunuhan, pemutusan silaturrahim dan meninggal kan ibadah kepada Allah untuk mendapatkan uang atau alasan kebutuhan hidup.

Mereka lupa bahwa Allah telah menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya sebab-sebab yang dapat mendatangkan rizki dengan penjelasan yang amat gamblang. Dia menjanjikan keluasan rizki kepada siapa saja yang menempuhnya serta menggunakan cara-cara itu, Allah juga memberikan jaminan bahwa mereka pasti akan sukses serta mendapatkan rizki dengan tanpa disangka-sangka.

Diantara sebab-sebab yang melapangkan rizki adalah sebagai berikut:

- Takwa Kepada Allah

Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah. Allah Subhannahu wa Ta"ala berfirman, artinya,

"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya." (At Thalaq 2-3)

Setiap orang yang bertakwa, menetapi segala yang diridhai Allah dalam segala kondisi maka Allah akan memberikan keteguhan di dunia dan di akhirat. Dan salah satu dari sekian banyak pahala yang dia peroleh adalah Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dalam setiap permasalahan dan problematika hidup, dan Allah akan memberikan kepadanya rizki secara tidak terduga.

Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah di atas, "Yaitu barang siapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala yang diperintahkan dan menjauhi apa saja yang Dia larang maka Allah akan memberikan jalan keluar dalam setiap urusannya, dan Dia akan memberikan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari jalan yang tidak pernah terlintas sama sekali sebelumnya."

Allah swt juga berfirman, artinya,

"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya." (QS. 7:96)

- Istighfar dan Taubat

Termasuk sebab yang mendatang kan rizki adalah istighfar dan taubat, sebagaimana firman Allah yang mengisahkan tentang Nabi Nuh Alaihissalam ,

"Maka aku katakan kepada mereka:"Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun" niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. 71:10-12)

Al-Qurthubi mengatakan, "Di dalam ayat ini, dan juga dalam surat Hud (ayat 52,red) terdapat petunjuk bahwa istighfar merupakan penyebab turunnya rizki dan hujan."

Ada seseorang yang mengadukan kekeringan kepada al-Hasan al-Bashri, maka beliau berkata, "Beristighfarlah kepada Allah", lalu ada orang lain yang mengadukan kefakirannya, dan beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Ada lagi yang mengatakan, "Mohonlah kepada Allah agar memberikan kepadaku anak!" Maka beliau menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah". Kemudian ada yang mengeluhkan kebunnya yang kering kerontang, beliau pun juga menjawab, "Beristighfarlah kepada Allah."

Maka orang-orang pun bertanya, "Banyak orang berdatangan mengadukan berbagai persoalan, namun anda memerintahkan mereka semua agar beristighfar." Beliau lalu menjawab, "Aku mengatakan itu bukan dari diriku, sesungguhnya Allah swt telah berfirman di dalam surat Nuh,(seperti tersebut diatas, red)

Istighfar yang dimaksudkan adalah istighfar dengan hati dan lisan lalu berhenti dari segala dosa, karena orang yang beristighfar dengan lisannnya saja sementara dosa-dosa masih terus dia kerjakan dan hati masih senantiasa menyukainya maka ini merupakan istighfar yang dusta. Istighfar yang demikian tidak memberikan faidah dan manfaat sebagaimana yang diharapkan.

- Tawakkal Kepada Allah

Allah swt berfirman, artinya,

"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. 65:3)

Nabi saw telah bersabda, artinya,

"Seandainya kalian mau bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya maka pasti Allah akan memberikan rizki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rizki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang." (HR Ahmad, at-Tirmidzi dan dishahihkan al-Albani)

Tawakkal kepada Allah merupakan bentuk memperlihatkan kelemahan diri dan sikap bersandar kepada-Nya saja, lalu mengetahui dengan yakin bahwa hanya Allah yang memberikan pengaruh di dalam kehidupan. Segala yang ada di alam berupa makhluk, rizki, pemberian, madharat dan manfaat, kefakiran dan kekayaan, sakit dan sehat, kematian dan kehidupan dan selainnya adalah dari Allah semata.

Maka hakikat tawakkal adalah sebagaimana yang di sampaikan oleh al-Imam Ibnu Rajab, yaitu menyandarkan hati dengan sebenarnya kepada Allah Azza wa Jalla di dalam mencari kebaikan (mashlahat) dan menghindari madharat (bahaya) dalam seluruh urusan dunia dan akhirat, menyerahkan seluruh urusan hanya kepada Allah serta merealisasikan keyakinan bahwa tidak ada yang dapat memberi dan menahan, tidak ada yang mendatangkan madharat dan manfaat selain Dia.

- Silaturrahim

Ada banyak hadits yang menjelaskan bahwa silaturrahim merupakan salah satu sebab terbukanya pintu rizki, di antaranya adalah sebagai berikut:

-Sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, artinya,

"Dari Abu Hurairah ra berkata, "Aku mendengar Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Siapa yang senang untuk dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah menyambung silaturrahim." (HR Al Bukhari)

-Sabda Nabi saw, artinya,

"Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu , Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Ketahuilah orang yang ada hubungan nasab denganmu yang engkau harus menyambung hubungan kekerabatan dengannya. Karena sesungguhnya silaturrahim menumbuhkan kecintaan dalam keluarga, memperbanyak harta dan memperpanjang umur." (HR. Ahmad dishahihkan al-Albani)

Yang dimaksudkan dengan kerabat (arham) adalah siapa saja yang ada hubungan nasab antara kita dengan mereka, baik itu ada hubungan waris atau tidak, mahram atau bukan mahram.

- Infaq fi Sabilillah

Allah swt berfirman, artinya,

"Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya." (QS. 34:39)

Ibnu Katsir berkata, "Yaitu apapun yang kau infakkan di dalam hal yang diperintahkan kepadamu atau yang diperbolehkan, maka Dia (Allah) akan memberikan ganti kepadamu di dunia dan memberikan pahala dan balasan di akhirat kelak."

Juga firman Allah yang lain,artinya,

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. 2:267-268)

Dalam sebuah hadits qudsi Rasulullah saw bersabda, Allah swt berfirman, "Wahai Anak Adam, berinfaklah maka Aku akan berinfak kepadamu." (HR Muslim)

- Menyambung Haji dengan Umrah

Berdasarkan pada hadits Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Ibnu Mas"ud Radhiallaahu anhu dia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, artinya,

"Ikutilah haji dengan umrah karena sesungguhnya keduanya akan menghilangkan kefakiran dan dosa sebagaimana pande besi menghilangkan karat dari besi, emas atau perak, dan haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga." (HR. at-Tirmidzi dan an- Nasai, dishahihkan al-Albani)

Maksudnya adalah, jika kita berhaji maka ikuti haji tersebut dengan umrah, dan jika kita melakukan umrah maka ikuti atau sambung umrah tersebut dengan melakukan ibadah haji.

- Berbuat Baik kepada Orang Lemah

Nabi saw telah menjelaskan bahwa Allah akan memberikan rizki dan pertolongan kepada hamba-Nya dengan sebab ihsan (berbuat baik) kepada orang-orang lemah, beliau bersabda, artinya,

"Tidaklah kalian semua diberi pertolongan dan diberikan rizki melainkan karena orang-orang lemah diantara kalian." (HR. al-Bukhari)

Dhu"afa" (orang-orang lemah) klasifikasinya bermacam-macam, ada fuqara, yatim, miskin, orang sakit, orang asing, wanita yang terlantar, hamba sahaya dan lain sebagainya.

- Serius di dalam Beribadah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, dari Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, "Allah Subhannahu wa Ta"ala berfirman, artinya,

"Wahai Anak Adam Bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada Ku, maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kecukupan dan Aku menanggung kefakiranmu. Jika engkau tidak melakukan itu maka Aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan Aku tidak menanggung kefakiranmu."

Tekun beribadah bukan berarti siang malam duduk di dalam masjid serta tidak bekerja, namun yang dimaksudkan adalah menghadirkan hati dan raga dalam beribadah, tunduk dan khusyu" hanya kepada Allah, merasa sedang menghadap Pencipta dan Penguasanya, yakin sepenuhnya bahwa dirinya sedang bermunajat, mengadu kepada Dzat Yang menguasai Langit dan Bumi.

Dan masih banyak lagi pintu-pintu rizki yang lain, seperti hijrah, jihad, bersyukur, menikah, bersandar kepada Allah, meninggalkan kemaksiatan, istiqamah serta melakukan ketaatan, yang tidak dapat di sampaikan secara lebih rinci dalam lembar yang terbatas ini. Mudah-mudahan Allah memberi kan taufik dan bimbingan kepada kita semua. Amin.

Al-Sofwah( Sumber: Kutaib "Al Asbab al Jalibah lir Rizqi", al-qism al-ilmi Darul Wathan. )