Sejak
terbitnya Fatwa MUI pada tahun 2005 tentang kesesatan SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme),
maka kalangan Sepilis sibuk mencari nama baru yang manipulatif sehingga mudah
menipu, menjebak dan membodohi masyarakat awam.
Akhirnya,
mereka gonta-ganti nama, sebentar Islam Moderat, sebentar Islam Inklusif,
sebentar lagi Islam Multikulturalisme, namun tetap tidak laku, karena masih ada
aroma bahasa asing (Inggris), sehingga tetap dicurigai oleh masyarakat.
Kini,
mereka menggunakan nama yang bisa lebih akrab dengan masyarakat Indonesia,
dengan aroma Kebangsaan dan Nasionalisme Indonesia, yaitu JIN : JEMAAT ISLAM NUSANTARA.
Namun
isinya tetap beraroma SEPILIS, karena jargonnya tetap sama, yaitu : Human Right, Freedom and Local Wisdom
(HAM, Kebebasan dan Kearifan Lokal).
Hanya
saja kali ini, JIN lebih mengedepankan Misi Budaya. Atas nama Budaya Nusantara,
JIN pelan tapi pasti ingin menggerus ajaran Islam. Saat ini, PROPAGANDA JIN,
antara lain :
1.
ISLAM PENDATANG
Bagi
JIN bahwa Islam di Indonesia adalah "pendatang" dari Arab yang
"numpang", bukan agama "asli" bangsa Indonesia.
TANGGAPAN
: Islam adalah agama asli yang turun dari Langit untuk seluruh penduduk Bumi,
karena Islam datang dari Allah SWT Sang Pemilik Alam Semesta, sehingga Islam
dimana saja di atas Bumi Allah SWT akan selalu menjadi agama "Asli"
yang "Pribumi", dan tidak akan pernah jadi "Pendatang".
Jadi,
Islam bukan dari Arab, tapi dari Langit yang diturunkan pertama kali di tengah
orang Arab, kemudian disebarkan ke seluruh Dunia.
2.
PRIBUMISASI ISLAM
Islam
sebagai pendatang dari Arab harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku
Pribumi, sehingga Islam harus siap "Dipribumisasikan" agar tunduk
kepada Budaya setempat
Karenanya,
tidak boleh lagi ada istilah "Islamisasi Indonesia", tapi yang mesti
dilaksanakan adalah "Indonesia-isasi Islam". Jadi, jangan pernah
katakan "Indonesia Negara Islam", tapi katakanlah "Islam ada di
Indonesia".
TANGGAPAN
: Jika pola pikir ini benar, maka Islam di China mesti di-Cina-isasi, dan Islam
di India mestidi-India-isasi, serta Islam di Amerika juga mesti
di-Amerika-isasi, dan seterusnya, sehingga Islam di Dunia jadi bermacam-macam
dan berjenis-jenis sesuai negerinya.
Jika
mundur lagi ke belakang, mestinya saat Islam ada di tengah masyarakat
Jahiliyyah, maka Islam harus di-Jahiliyyah-isasi.
Jelas,
pola pikir di atas ngawur dan tidak ilmiah, bahkan sesat menyesatkan.
3.
TOLAK ARABISASI
Islam
yang ada di Indonesia selama ini adalah "Islam Arab", sehingga Budaya
Nusantara terancam dan tergerus oleh Arabisasi.
Karenanya,
di Indonesia semua Budaya Arab yang menyusup dalam Islam harus diganti dengan
Budaya Nusantara, sehingga ke depan terwujud "Islam Nusantara" yang
khas bagi Bangsa Indonesia.
Intinya,
JIN menolak semua Budaya Islam yang beraroma Arab, karena dalam pandangan
mereka semua itu adalah "Arabisasi Islam", sehingga perlu ada Gerakan
"Indonesia-isasi Islam" di Nusantara.
TANGGAPAN
: Rasulullah SAW diutus di tengah Bangsa Arab untuk meng-Islam-kan Arab, bukan
meng-Arab-kan Islam. Bahkan untuk meng-Islam-kan seluruh Bangsa-Bangsa di
Dunia, bukan untuk meng-Arab-kan mereka.
Jadi,
tidak ada Arabisasi dalam Islam, yang ada adalah Islamisasi segenap umat
manusia.
4.
AMBIL ISLAM BUANG ARAB
Islam
sebagai pendatang dari Arab tidak boleh mengatur apalagi menjajah Indonesia,
tapi Islam harus tunduk dan patuh kepada Indonesia selaku Pribumi.
Karenanya,
Bangsa Indonesia boleh ambil Budaya Islam, tapi wajib tolak Budaya Arab, agar
supaya Budaya Nusantara tidak terjajah dan tidak pula tergerus oleh Budaya
Arab.
TANGGAPAN
: Ini adalah Propaganda Busuk JIN yang ingin menolak Budaya Islam dengan
"dalih" Budaya Arab. Pada akhirnya nanti, semua ajaran Islam yang
ditolak dan tidak disukai JIN, akan dikatakan sebagai "Budaya Arab".
Dan
propaganda ini sangat berbahaya, karena menumbuh-suburkan sikap RASIS dan
FASIS, serta melahirkan sikap ANTI ARAB, yang pada akhirnya mengkristal jadi
ANTI ISLAM.
5.
AMBIL ISLAM BUANG JILBAB
Menurut
JIN bahwa Jilbab adalah Budaya Arab karena merupakan pakaian Wanita Arab,
sehingga harus diganti dengan pakaian adat Nusantara.
TANGGAPAN
: JIN buta sejarah, karena di zaman Jahiliyyah, masyarakat Arab tidak kenal
Jilbab, dan Wanita Arab tidak berjilbab. Bahkan Wanita Arab saat itu terkenal
dengan pakaian yang umbar aurat dan pamer kecantikan, serta Tradisi Tari Perut
yang buka puser dan paha.
Lalu
datang Islam mewajibkan Wanita Muslimah untuk berjilbab menutup Aurat, sehingga
Wanita Muslimah jadi berbeda dengan Wanita Musyrikah. Dengan demikian, Jilbab
adalah Busana Islam bukan Busana Arab, dan Jilbab adalah Kewajiban Agama bukan
Tradisi dan Budaya.
6.
AMBIL ISLAM BUANG SALAM
Ucapan
"Assalaamu 'Alaikum" adalah Budaya Arab, sehingga harus diganti
dengan "Salam Sejahtera" agar bernuansa Nusantara dan lebih menunjukkan
jatidiri Bangsa Indonesia.
TANGGAPAN
: Lagi-lagi JIN buta sejarah, karena di zaman Jahiliyyah, salam masyarakat Arab
adalah "Wa Shobaahaah", bukan "Assalaamu 'Alaikum".
Lalu
datang Islam yang mengajarkan umatnya salam syar'i antar kaum muslimin, yaitu
"Assalaamu 'alaikum wa rohmatullaahi wa barokaatuh". Jadi,
"Assalaamu 'Alaikum" adalah "Tahiyyatul Islam" bukan
"Tahiyyatul 'Arab."
7.
AMBIL TILAWAH QUR'AN BUANG LANGGAM ARABNYA
Termasuk
Baca Al-Qur'an tidak perlu lagi dengan Langgam Arab, tapi sudah saatnya diganti
dengan Langgam Nusantara seperti Langgam Jawa dan Sunda atau lainnya, agar
supaya lebih Indonesia.
TANGGAPAN
: Membaca Al-Qur'an dengan Langgam Arab bukan kemauan orang Arab, akan tetapi
perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Dan
karena Al-Qur'an diturunkan dalam Bahasa Arab, tentu membacanya harus dengan
Langgam Arab, agar sesuai dengan intonasi makna dan arti. Dan itu pun tidak
tiap Langgam Arab boleh untuk Tilawah Al-Qur'an.
Langgam
Gambus dan Langgam Qoshidah berasal dari Arab, tapi tidak boleh digunakan untuk
Tilawah Al-Qur'an, karena keduanya adalah Langgam Seni dan Budaya serta Musik
dan Hiburan.
Apalagi
Langgam Tari Perut yang merupakan Langgam Seni dan Budaya Arab untuk
pertunjukan ma'siat, lebih tidak boleh digunakan untuk Tilawah Al-Qur'an.
Karenanya,
membaca Al-Qur'an dengan Langgam selain Arab tidak diperkenankan, karena memang
tidak sesuai dengan pakem Bahasa Arab, sehingga tidak akan sesuai dengan
intonasi makna dan arti.
Apalagi
dengan Langgam Seni dan Budaya selain Arab yang digunakan untuk hiburan dan
pertunjukan, seperti Langgam Dalang Pewayangan, Langgam Sinden Jaipongan,
Langgam Gambang Kromong, dan sebagainya, tentu lebih tidak boleh lagi.
Allah
SWT telah menganugerahkan Bangsa Indonesia kefasihan dalam Lisan Arab, sehingga
dari Sabang sampai Merauke, orang dewasa maupun anak-anak, sangat fasih dalam
mengucapkan lafzhul Jalalah "Allah" dan aneka Dzikir seperti
"Subhanallah wal Hamdulillaah wa Laa ilaaha illallaah wallaahu
Akbar." Dan mereka pun sangat fasih juga dalam membaca Al-Qur'an.
Bahkan
Bangsa Indonesia sangat Ahli dalam Ilmu Tajwid dan amat piawai dalam Tilawatil
Al-Qur'an dengan Langgam Arab, sehingga di hampir setiap Musabaqoh Tilawatil
Qur'an Internasional, para Qori Indonesia banyak sukses dan berhasil keluar
jadi Juara Dunia Tilawah.
Karenanya,
pembacaan Al-Qur'an dengan Langgam Dalang Pewayangan adalah
"Kemunduran", dimana Bangsa Indonesia yang sudah sangat maju dalam
Tilawatil Qur'an, hingga mengungguli Bangsa Arab sekali pun, lalu dibawa mundur
jauh ke Alam Mitos Pewayangan di zaman Semar dan Petruk.
8.
AMBIL AL-QUR'AN BUANG BAHASA ARABNYA
Baca
Al-Qur'an tidak mesti dengan Bahasa Arab, tapi cukup dengan terjemah
Indonesianya saja, agar umat Islam Indonesia bisa langsung menyimak dan
memahami makna dan arti ayat-ayat yang dibaca.
TANGGAPAN
: Inilah tujuan sebenarnya dari Propaganda JIN yaitu menjauhkan Al-Qur'an dari
umat Islam, karena mereka paham betul bahwa Ruh dan Jiwa Islam adalah
Al-Qur'an.
Bagi
JIN, siapa ingin hancurkan dan lenyapkan Islam, hancurkan dan lenyapkanlah
Al-Qur'annya.
Jadi
jelas sudah, bahwa yang diserang JIN sebenarnya bukan Arab, tapi Islam.
Karenanya,
selain yang sudah disebutkan di atas, JIN juga melakukan aneka ragam propaganda
ANTI ARABISASI untuk merealisasikan tujuan busuknya, antara lain :
a.
Menolak istilah-istilah yang diambil dari Bahasa Arab, hingga sebutan Abi dan
Ummi pun mereka kritisi, sehingga harus diganti dengan istilah-istilah
Indonesia, tapi lucunya mereka alergi dengan istilah Arab namun sangat suka dan
amat fasih menggunakan istilah-istilah Barat.
b.
Menolak penamaan anak dengan nama-nama Islam yang diambil dari
Bahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia. Tapi lucunya mereka senang dan bangga dengan penamaan anak Indonesia dengan nama-nama Barat dengan dalih lebih modern, walau pun bukan nama Indonesia.
Bahasa Arab, sehingga anak Indonesia harus diberi nama Indonesia. Tapi lucunya mereka senang dan bangga dengan penamaan anak Indonesia dengan nama-nama Barat dengan dalih lebih modern, walau pun bukan nama Indonesia.
c.
Bahkan mulai ada rumor penolakan terhadap pengkafanan mayyit dengan Kain Putih
karena beraroma Tradisi Arab, sehingga perlu diganti dengan Kain Batik agar
kental aroma Indonesia. Bahkan mereka mulai tertarik dengan pakaian Jas dan
Dasi Barat buat mayyit sebagaimana pengurusan Jenazah Non Islam, dengan dalih
jauh lebih keren dan rapih ketimbang "pocong", walau bukan Budaya
Indonesia.
FITNAH
JIN
Jika
ada yang menolak gerakan JIN, maka serta merta dituduh dan difitnah : Tidak
Nasionalis dan Tidak Pancasilais, serta Anti Kebangsaan dan Anti Nusantara,
juga Intoleransi dan Fundamentalis, bahkan Ekstrimis dan Teroris.
Padahal,
Islam tidak mengenal RASIS dan FASIS. Siapa pun manusianya, apa pun suku
bangsanya, selama mereka beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW maka
mereka bersaudara.
Dan
umat Islam sangat menghargai Seni dan Budaya Bangsa-Bangsa di Dunia, selama
tidak melanggar Syariat Islam.
Karenanya,
umat Islam di Indonesia sangat terbuka menggunakan Langgam aneka daerah dalam
Da'wah melalui seni Qashidah dan Sholawat serta Syair Islam, sebagaimana pernah
dilakukan para Wali Songo ketika menyebar-luaskan Islam ke seluruh Nusantara.
Namun tidak untuk Tilawatil Qur'an.
Lihat
saja, aneka Syair Sholawat dan Dzikir serta Doa di berbagai daerah
se-Nusantara, antara lain ;
1.
Sholawat PADANG BULAN dan LIR ILIR yang masyhur di masyarakat Jawa, dan sering
dibawakan oleh Habib Syeikh bin Abdul Qodir Assegaf dari Solo. Lihat linknya di
You Tube :
PADANG
BULAN - https://youtu.be/604Ji65mWB8
LIR
ILIR - https://youtu.be/wXaN-SqbHpc
2.
Dzikir ADUH GUSTI yang populer di masyarakat Sunda :
Ilaahii
Lastu Lil Firdausi Ahlan Wa Laa Aqwaa 'Alaa Naaril Jahiimi
Fahablii
Taubatan Waghfir Dzunuubii Fa Innaka Ghoofirudz Dzanbil 'Azhiimi ...
Aduh
Gusti, abdi sanes ahli Surga Namun hante kiat Nahan panas Neraka
Mugi
Gusti, kersa maparinan tobat Ngahampura dosa Abdi anu lepat
KESIMPULAN
JIN
(Jemaat Islam Nusantara) merupakan paham yang sesat dan menyesatkan, serta
bukan dari ajaran Islam, sehingga wajib ditolak dan dilawan serta diluruskan.
JIN
adalah Gerombolan RASIS dan FASIS yang ANTI ARAB, bahkan ANTI ISLAM. Jika
mereka bisa mendapatkan jalan untuk menolak KEARABAN bahasa Al-Qur'an atau
KEARABAN suku bangsa Nabi Muhammad SAW dan Keluarga serta para Shahabatnya,
niscaya akan mereka lakukan, saking bencinya terhadap Arab, dan dengkinya
terhadap Islam.
Na'uudzu
Billaahi Min Dzaalik ..
HABIB
MUHAMMAD RIZIEQ BIN HUSEIN SYIHAB