Tidak semua orang mampu membagi waktu
menyelesaikan pendidikannya, apalagi di tengah kesibukannya sebagai ibu rumah
tangga yang merawat 5 anak. Tapi itu bisa dilalui dengan sempurna oleh dosen kita
Siti Yulidhar Harunasari hingga dia menjadi kandidat peraih doktoral.
Sosok Siti Yulidhar Harunasari cukup
bersahaja. Meski begitu, siapa sangka perempuan berjilbab itu tak lelah terus
menimba ilmu. Apalagi sebagai dosen, dia terus melanjutkan kuliah hingga
setinggi mungkin. Jadi jangan heran, dia meraih beasiswa dari Direktorat
Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk program
S3 atau doktoral.
Karena beasiswa itu, dia ingin
mengembalikan ilmu yang dia peroleh untuk kemaslahatan mahasiswa. Karena, dosen
yang akrab disapa Siti itu membuat program website learning untuk mahasiswa
yang menempuh pendidikan Bahasa Inggris. Bahkan, programnya itu sudah menjadi
pilot project selama setahun.
Hasilnya, memberikan kemudahan peserta
didik di tingkat perguruan tinggi dalam menerima dan menyerap pendidikan Bahasa
Inggris. Tes penggunaan website learning itu dia lakukan awalnya kepada para
mahasiswanya. ”Tujuannya untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada
peserta didik selain menciptakan tenaga pendidik yang profesional dan menguasai
tekhnologi informasi,” ujar Siti.
Menurut perempuan yang pernah menyandang
status lulusan terbaik SMAN 34 Jakarta Selatan ini juga mengatakan, masih ada
beberapa kendala dalam program pembelajaran Bahasa Inggris yang dia ciptakan.
Lantaran tidak semua peserta didik mampu menangkap teori belajar saat tatap
muka dengan dirinya di kelas.
”Kelebihan metode ini, kita (peserta
didik) dapat menentukan waktu untuk belajar sendiri dengan mengambil bahan dari
website. Karena metode ini sangat membantu peserta didik di perguruan tinggi
yang sehari-harinya bekerja,” kata lulusan terbaik Diploma III Bahasa Mandarin
Universitas Indonesia (UI) angkatan 1991 saat ditemui di tempatnya mengajar,
STKIP Kusuma Negara, Cijantung, Jakarta Timur belum lama ini
Anak kedua dari empat bersaudara ini
juga mengatakan, konsep belajar berbasis teknologi yang dia lakukan sudah
dikembangkan sejak 2012 lalu. ”Konsep website ini hanya pendukung terutama
untuk peserta didik yang menempuh pelajaran Bahasa Inggris. Jadi saat ada tatap
muka peserta didik hanya konfirmasi dan melatih kemampuan saja,” ungkap
penyandang mahasiswa cum laude STIKP Kusuma Negara angkatan 2008 ini juga.
Dalam penguasaan Bahasa Inggris, sambung
kandidat Doktor Universitas Negeri Jakarta ini, dibutuhkan kepekaan mendengar.
Karena keahlian penguasaan bahasa bergantung dari mendengar selain berlatih
bicara, ketimbang menggunakan buku teks. ”
Dari seringnya mendengar dan berlatih
melalui website setiap saat, akan menghasilkan penguasaan bahasa yang baik,”
ujar istri Hermianto Widodo ini. Siti juga mengatakan, dalam waktu dekat konsep
belajar melalui website ini akan disegera dipergunakan di perguruan tinggi
tempat dirinya mengajar.
”Dalam satu tahun ini sudah dua kelas
selama dua semester yang mengikuti metode belajar melalui website learning
ini,” kata lulusan cum laude program pasca sarjana UNJ tahun 2011 itu juga.
Terakhir, perempuan yang dilahirkan di Amuntai, Kalimantan Selatan pada 4 Juli
1969 lalu itu juga menyempatkan bercerita bagaimana perjalanannya mencapai
prestasinya saat ini.
Dia mengaku, setelah menyelesaikan
pendidikan di SDN Pondok Labu, Jakarta Selatan dia lantas meneruskan ke SMP
negeri dan SMAN 34 Jakarta Selatan. Dia lalu kuliah di Diploma II UI cukup lama
karena harus merawat lima putra-putirnya.
”Saya merasakan ada yang hilang karena
berhenti sekolah. Akhirnya dengan meminta izin suami melanjutkan pendidikan.
Akhirnya diperbolehkan,” ungkap juga Sekretaris Program Pendidikan (Prodi) di
STKIP Kusuma Negara itu juga.
Menurut Siti juga, karena mengikuti
ayanya yang bertugas di daerah, dia harus mengenyam pendidikan SD berpindah di
tiga kota berbeda yakni: Banda Aceh, Malang dan Jakarta.
”Ayah bertugas di kejaksaan jadi
berpindah- pindah di tiga pulau. Yakni Kalimantan, Sumatera dan Jawa. Untuk
menyelesaikan SD saja saya harus berpindah dari SD Bhayangkari di Aceh, SDN Sri
Wedari di Malang dan SDN 01 Pagi Pondok Labu,” pungkas juga dosen yang pernah
meraih penghargaan turnamen karate tingkat nasional putri Metro Cup 1988 itu.
0 comments:
Posting Komentar