1. Wujud ( وجود )
Wujud artinya ada. Maksudnya bahwa adanya Allah itu bukan karena ada yang menciptakan, tetapi ada dengan sendirinya. Jadi wujud Allah itu wajib dan kita wajib meyakininya.
Pada hakikatnya keyakinan terhadap adanya Allah bagi manusia sudah terjadi ketika manusia itu dilahirkan. Karena secara naluriah sejak dilahirkan, manusia membutuhkan perlindungan dan pertolongan yang sifatnya mutlak. Kecenderungan mencari perlindungan ini disebut Religious Instinct atau insting keagamaan.
Kepada siapa manusia mencari perlindungan? Tentu saja kepada yang mengatur jagat raya ini. Dzat yang mengatur jagat raya ini sudah pasti di atas segalanya. Akal sehat tidak akan menerima jika alam semesta ini di atur oleh Dzat yang sama dengan dzat yang diatur. Tidak mungkin sebuah kursi diciptakan atau dibuat oleh zat yang bentuknya sama seperti kursi juga. Alam semesta ini diciptakan oleh Dzat Yang Maha Sempurna itu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dzat Allah adalah sesuatu yang ghaib. Akal manusia tidak akan mampu memikirkan Dzat Allah. Oleh sebab itu, mengenai adanya Allah kita harus puas dengan apa yang dijelaskan Allah melalui firman-firmanNya dan bukti-bukti berupa adanya alam semesta ini. Ketika Rasulullah mendapatkan kabar tentang adanya sekelompok orang yang berusaha memikirkan dan mencari hakikat dari Dzat Allah, maka beliau melarang melakukan hal tersebut.
Sabda Rasulullah :
“Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan janganlah kamuu memikirkan (hakikat) Dzat Allah, karena sesungguhnya kamu tidak akan mampu melaukakannya”. (HR. Abu As-Syaihk).
Walaupun akal manusia tidak dapat memikirkan Dzat Allah, tetapi adanya Allah sudah sangat jelas untuk diyakini. Kita meyakini adanya Allah, karena banyak bukti yang dapat kita lihat.
Bukti-Bukti Adanya Allah SWT :
a) Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Yang Ber-Tuhan
Pada hakikatnya manusia membutuhkan Dzat Maha Kuasa tempat berlindung. Semua agama atau kepercayaan pada dasarnya mengakui adanya Tuhan. Bahkan orang yang mengaku dirinya atheis (tidak bertuhan) sebenarnya langsung tidak langsung mengakui suatu kekuatan di luar ala mini, yaitu Dzat Yang Maha Kuasa.
Firman Allah dalam surah Yunus ayat 12, yang artinya adalah sebagai berikut : “Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan”. (QS. Yunus : 12)
Tidak jarang pada saat menghadapi bahaya, orang yang tidak percaya adanya Tuhan secara spontan menyebut nama Tuhan. Itulah fitrah manusia yang cenderung membutuhkann perlindungan Allah.
Fir’aun raja yang sombong, raja yang mengakui dirinya Tuhan, ketika hampir mati tenggelam di laut merah ia pun mengakui adanya Allah Yang Maha Kuasa. Kejadian ini disebutkan di dalam Al-Qur’an surah Yunus ayat 90 yang artinya sebagai berikut : “Dan kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Fir’aun dan bala tentaranya mengikuti mereka, untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir’aun hampir tenggelam dia berkata ”Aku percaya bahwa tidak ada tuhan melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan ikut termasuk orang-orang muslim (berserah diri)”. (QS. Yunus : 90)
b) Kejadian Alam Semesta
Akan yang sehat tentu menyadari bahwa adanya sesuatu tentu ada yang mengadakannya. Misalnya, adanya makanan di meja tentu ada yang menghidangkannya. Demikian pula halnya dengan alam semesta ini beserta isinya, pasti ada yang menciptakannya. Pencipta jagad raya ini pasti Dzat Yang Maha Pencipta.
Dalam surat Ibrahim ayat 32 Allah berfirman :
“Allah lah yang menciptakan langit dan bumi, dan menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu”. (QS. Ibrahim : 32)
c) Adanya Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan yang diutus oleh Allah kepada Umatnya. Adanya Nabi dan Rasul berarti ada yang mengutusnya. Yang mengutus Nabi dan Rasul adalah Allah SWT.
Hal ini wajib diyakini karena sejak Nabi Adam as, sampai dengan Nabi Muhammad saw. Para rasul tersebut menyampaikan ajaran pokok yang sama, yaitu keimanan kepada Allah, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Yang Maha Bijaksana.
Firman Allah SWT :
“Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan ), Sembahlah Allah, dan jauhilah Taghut”. (QS. An-Nahl : 36)
d) Kejadian Manusia
Lewat kejadian manusia terbukti bahwa manusia diciptakan oleh Dzat Yang Maha Kuasa. Tidak mungkin manusia itu ada dengan sendirinya. Tidak mungkin pula manusia diciptakan oleh makhluk biasa, bahkan makhluk yang luar biasa sekalipun.
Menurut kejadiannya, manusia dijadikan dari bahan yang sederhana dan rendah nilainya, yaitu unsur tanah. Namun, kemudian ternyata manusia menjadi makhluk yang terbaik diantara seluruh makhluk.
Allah telah berfirman yang artinya sebagai berikut :
“Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian, kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah, Pencipta yang paling baik”. (QS. Al-Mu’minun : 12-14).
Manusia memiliki kelebihan dari segi bentuk jasmani dan rohaninya. Manusia memiliki akal yang dapat membedakan baik dan buruk, dapat memanfaatkan alam lingkungan untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Satu hal yang membuktikan manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT adalah adanya keunikan pada setiap manusia. Sejak manusia pertama diciptakan sampai sekarang sudah miliaran jumlahnya. Namun dari jumlah yang sangat besar itu, tidak ada seorangpun yang memiliki kesamaan dengan seorang manusia lainnya. Bahkan anak kembar sekalipun tidak seutuhnya persis sama. Hal ini membuktikan bahwa kejadian manusia diatur, diarahkan oleh kekuatan yang Maha Tinggi, Maha Pengatur, dan Maha Bijaksana, yaitu Allah SWT.
e) Kitab Suci Al-Qur’an
Jika dibandingkan dengan kitab-kitab yang lain, apalagi dengan buku biasa, Al-Qur’an banyak memiliki keistimewaan. Al-Qur’an diturunkan di saat sastra, khususnya bidang syair sedang berkembang dengann pesat dan banyak melahirkan penyair ternama. Dengan datangnya Al-Qur’an mereka merasa tersaingi, karena nilai sastra Al-Qur’an yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, mereka tidak mau mengakui Al-Qur’an sebagai firman Allah. Mereka menuduh bahwa Muhammad lah yang membuat Al-Qur’an itu dan meniru-niru syair mereka. Untuk membantah tuduhan mereka, Allah menurunkan ayat berikut ini :
“Dan jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (QS. Al-Baqarah : 23)
Al-Qur’an adalah kalamullah. Ayat-ayat Al-Qur’an berupa kalimat atau perkataan. Mungkinkah ada pperkataan tanpa ada yang berkata-kata. Jadi adanya Al-Qur’an merupakan bukti adanya Allah SWT.
2. Qidam (قدم )
Qidam artinya dahulu. Maksudnya bahwa Allah itu terdahulu dan tidak didahulukan oleh sesuatu.
Jangkauan akal manusia terbatas. Manusia tidak dapat mengetahui dengan pasti kapan alam semesta ini diciptakan. Dari bahan apa dan bagaimana proses penciptaannya. Yang pasti bahwa alam semesta ini ada yang menciptakannya itu sudah ada sebelum alam ini ada. Dialah Allah Dzat yang tidak ada permulaan.
Jika Allah ada permulaannya berarti Allah ada yang menciptakannya, berarti Allah itu (Huduts) atau baru, sama dengan makhluk lainnya. Hal ini tidak mungkin. Fiirman Allah dalam surah Al-Hadid ayat 3 :
“Dialah Yang Awal, dan Yang Akhir”. (QS. Al-Hadid : 3)
3. Baqo' (ءبقا )
Baqa’ artinya kekal. Jika diperhatikan makhluk semuanya berproses menuju kehancuran atau kebinasaan. Misalnya, tumbuhan berasal dari biji-bijian, tumbuh kecil, kemudian menjadi besar dan tua, akhirnya mati dan lapuk kemudian hilang menyatu dengan tanah. Hal yang demikian itu merupakan sunnatullah atau hukum alam.
Jadi semua makhluk berubah-rubah, berproses menuju kehancuran. Sedangkan Allah sebagai pencipta makhluk bersifat kekal, tidak berubah-rubah. Sebagaimana firman Allah SWT :
“Segala sesuatu pasti binasa, kecuali Allah” (QS. Al-Qasas : 88)
4. Mukholafatu lil hawaditsi (للحوادث مخالفة)
Mukholafatu lil hawaditsi artinya berbeda dengan semua makhluk. Banyak sudah hasil karya yang diciptakan oleh manusia. Mulai dari barang-barang yang sederhana sampai kepada barang-barang yang rumit dan canggih. Semua hasil karya manusia itu tidak ada yang sama dengan pembuatnya yakni manusia.
Dari contoh di atas, akal sehat kita tentu meyakini bahwa tidak mungkin Allah Yang Maha Pencipta sama dengan makhluk ciptaanNya, baik Dzatnya maupun sifat-sifatnya.
Firman Allah SWT :
“Tidak ada sesuatu apapun yang serupa dengan Dia”. (QS. Asy-Syura : 11)
Hidup Allah tidak sama dengan hidupnya makhluk yang di dahului dari tidak ada, kemudian ada, dan akhirnya binasa. Allah tanpa awak dan tanpa akhir. Sifat melihat Allah tidak sama dengan cara melihat manusia. Allah melihat tanpa alat, penglihatanNya tanpa batas. Manusia melihat dengan mata, jika syaraf mata rusak maka manusia tidak dapat melihat lagi.
5. Qiyamuhu bi nafsihi (قيامه بنفسه )
Qiyamuhu bi nafsihi artinya berdiri sendiri. Maksudnya bahwa Allah tidak membutuhkan bantuan apa pun dari siapapun. Sebagaimana firmanNya dalam surat Fatir ayat 15 sebagai berikut :
“Wahai manusia, kamulah yang membutuhkan Allah, dan Allah Dia lah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu), Maha Terpuji”. (QS. Fatir : 15)
Makhluk untuk melangsungkan hidupnya tergantung kepada makhluk-makhluk yang lain. Apalagi manusia adalah makhluk yang paling banyak ketergantungannya agar dapat hidup layak sebagai manusia.
6. Wahdaniyah (وحدنية )
Wahdaniyah artinya Maha Esa. Tidak mungkin ada dua Tuhan. Sebab jika ada dua Tuhan, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika Tuhan yang satu dengan Tuhan yang lainnya berbeda pendapat. Misalnya Tuhan yang satu sudah menciptakan Bumi berbentuk bulat akan tetapi Tuhan yang lain menginginkan bumi ini segi empat. Tentu akan menjadi malapetaka dahsyat di jagat raya ini.
Allah berfirman :
“Seandainya pada keduanya (di langit dan bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa”. (QS. Al-Anbiya : 22)
Orang yang berakal sehat tentu akan menerima bahwa Allah itu hanya satu, Maha Esa baik sifat-sifatNya, ataupun perbuatanNya. Dalam surat An-Nahl ayat 51, Allah berfirman yang artinya :
“Dan Allah berfirman : “Janganlah kamu menyembah dua Tuhan, hanyalah Dia tuhan yang Maha Esa. Maka hendaklah kepada Ku saja kamu takut”. (QS. An-Nahl : 51)
7. Qudrot (قدرة )
Qudrat artinya kuasa. Banyak sekali tentang kekuasaan Allah antara lain adanya jagat raya yang terdiri dari berjuta bintang dan planet-planet yang selalu bergerak tanpa terjadi tabrakan. Contoh di atas merupakan bukti Maha Kuasanya Allah. Sebab tidak mungkin peristiwa yang sangat rumit di kendalikan oleh Zat yang memiliki kelemahan.
Firman Allah :
“Dan Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu”. (QS. Al-Ahzab : 27)
“Milik Allah lah kerjaan langit dan bumi bdan apa yang ada di dalamnya, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Maidah : 120)
8. Irodat (ارادة)
Iradat artinya berkehendak. Allah wajib bersifat berkehendak, bebas menetukan kehendak atau kemauanNya tanpa ada apa dan siapa pun yang dapat memerintah atau melarangNya. Segala sesuatu yang diciptakan Allah adalah atas kehendak Nya, bukan karena terpaksa atau tidak sengaja.
Dalam Al-Qur’an diterangkan :
“Maha Kuasa berbuat apa yang dia kehendaki”. (QS. Al-Buruj : 16)
Dalam Surat Yasin ayat 82, disebutkan :
“Sesungguhnya urusanNya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”. (QS. Yasin : 82)
9. 'Ilmu (علم )
‘Ilmu artinya mengetahui. Orang yang membuat pesawat terbang tentu memiliki ilmu yang tinggi tentang teknologi pesawat terbang. Orang tersebut tentu telah belajar dalam waktu yang lama untuk memiliki pengetahuan tersebut. Bagi Allah, untuk mennciptakan sesuatu tidak perlu belajar. Allah telah memiliki ilmu yang Maha Lengkap. Ilmu adalah bersifat menyeluruh, Maha Luas dan Mendalam. Segala sesuatu baik yang lahir ataupun yang ghaib tak lepas dari pengetahuanNya.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al-Mujadilah : 7)
10. Hayat (حياة )
Hayat artinya hidup. Hidupnya Allah tidak sama dengan hidupnya manusia atau binatang. Manusia memerlukan jantung yang berdenyut, darah yang mengalir, tulang, urat, daging, dan sebagainya untuk hidup. Allah hidup tidak memerlukan sesuatu. Allah Maha Hidup. Dia hidup sebagaimana dia ada tanpa didahului oleh tidak ada atau tidak hidup. Dan hidupnya Allah tanpa berkesudahan.
Firman Allah :
“Allah tidak ada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup., yang terus menerus mengurus (makhlukNya), tidak mengantuk dan tidak tidur. MilikNya apa yang di langit dan di bumi”. (QS. Al-Baqarah : 225)
11. Sama' (سمع )
Sama’ artinya mendengar. Semua suara baik yang nyaring, samar, bahkan yang tidak terdengar sama sekali oleh manusia pasti di dengar Allah. Allah mendengar tidak memerlukan alat pendengar seperti manusia atau makhluknya.
Firman Allah :
“Allah tidak menyukai perkataan buruk (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang-orang yang didzalimi. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui”. (QS, An-Nisa’ : 148)
12. Bashor (بصر )
Basar artinya melihat. Allah melihat segala sesuatu baik yang besar maupun yang kecil, bahkan yang tersembunyi tanpa bantuan alat untuk melihat. PenglihatanNya tanpa ada batasnya. Teknologi manusiapun yang tercanggih tidak mungkin dapat mengimbangi penglihatan Allah.
Allah berfirman :
“Sesungguhnya Dia Maha Mendengar Maha Melihat”. (QS. Al-Isra’ : 1)
13. Kalam (كلام )
Kalam artinya berkata-kata atau berfirman. Bahasa merupakan alat perhubungan yang sangat penting bagi makhluk. Untuk berkomunikasi menyampaikan maksud dan perasaan tertentu. Semutpun dapat bercakap-cakap dengan nabi Sulaiman. Mustahil jika Allah tak dapat berkata-kata. Tentu saja cara berkata-kata Allah tidak sama dengan manusia. Dengan sifat ini Allah berkomunikasi dengan hamba yang dikehendakiNya. Allah berkomunikasi dengan bahasaNya yang disebut kalamullah.
Dalam surat An-Nisa ayat 164 disebutkan :
“Dan kepada Musa, Allah berfirman langsung ….”
Adanya kitab suci Al-Qur’an merupakan bukti, bahwa Allah memiliki sifat Kalama tau berkata-kata.
14. Qodiron (قادرا )
Qadiran artinya maha kuasa. Sesungguhya Allah Zat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.
15. Muridan (كونه)
Muridan artinya Maha Berkehendak. Sesungguhya Allah Zat Yang Maha Berkehandak atas segala sesuatu.
16. 'Aliman (كونه)
‘Aliman artinya Maha Mengetahui. Sesungguhya Allah Zat Yang Maha Maha Mengetahui atas segala sesuatu.
17. Hayan (حيّا) Hidup
Hayan artinya Maha Hidup. Sesungguhya Allah Zat Yang Maha Hidup, hidup selamanya dan tidak akan mati.
18. Sami'an (سميعا)
Sami’an artinya Maha Mendengar. Sesungguhya Allah Zat Yang Maha Mendengar atas segala sesuatu.
19. Bashiron (بصيرا )
Basiron artinya Maha Melihat. Sesungguhya Allah Zat Yang Maha Melihat atas segala sesuatu.
20. Mutakaliman (اكلمتم )
Mutakalliman artinya Maha Berfirman. Sesungguhya Allah Zat Yang Maha Berfirman atau Maha Berkata-kata.
0 comments:
Posting Komentar