“Sikapi Uang Dengan
Bijak”.
“Cerdas Mengelola, Masa Depan Sejahtera”
Kedua tagline atau slogan di atas
merupakan kata-kata yang selalu disosialiasikan oleh OJK kepada seluruh lapisan
masyarakat pada saat melakukan edukasi keuangan. Slogan tersebut diharapkan
dapat menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar selalu bersikap
sebaik dan setepat mungkin dalam membelanjakan uang atau penghasilan yang
didapatkannya, terutama dikaitkan dengan produk keuangan. Uang atau penghasilan
dihasilkan setelah bekerja keras sudah seyogyanya digunakan dengan sebaik
mungkin untuk masa depan dan keluarganya.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa
saat ini kita hidup dalam era konsumerisme. Hampir semua jenis barang dan jasa
menjadi sangat mudah didapatkan. Dengan makin maraknya tawaran pembelian barang
secara mencicil, semua barang yang sebelumnya sulit untuk didapatkan, menjadi
lebih mudah untuk didapatkan. Di satu sisi, kondisi ini tentunya memberikan
manfaat dan kemudahan bagi masyarakat. Namun di sisi lain, jika kita tidak
bijaksana menyikapinya, kita dapat terjebak menjadi orang yang lebih
mengutamakan ‘keinginan’ dan melupakan ‘kebutuhan’ dasar yang seharusnya
diprioritaskan.
Melalui kegiatan Edukasi dan
Sosialisasi (Edu-sos) yang terus digalakkan oleh OJK, masyarakat diajak untuk
menjadi makin pintar dan cerdas menggunakan uang dan penghasilannya. Setelah
menjadi pintar dan cerdas, maka akan menjadi bijak. Dan jika sikap tersebut
sudah terwujud, maka masa depan akan menjadi lebih dapat dipersiapkan dan
sejahtera.
Mengelola keuangan demi masa depan
bukanlah sesuatu hal yang sangat rumit dan sulit untuk dilakukan. Hal tersebut
dapat dilakukan salah satunya dengan apa yang disebut dengan aktivitas
Perencanaan Keuangan (Financial Planning).
Apa itu Perencanaan Keuangan ?
Perencanaan keuangan, menurut
Certified Financial Planner, Financial Planning Standards Board Indonesia,
adalah suatu proses untuk mencapai tujuan hidup seseorang melalui pengelolaan
keuangan secara terencana.
Tujuan-tujuan hidup yang ingin
dicapai oleh seseorang tersebut antara lain dapat berupa : menikah, memiliki
rumah sendiri, memiliki kendaraan pribadi, menunaikan ibadah haji, kesiapan
biaya pendidikan anak, serta tersedianya dana pensiun di hari tua.
Perencanaan Keuangan
membantu seseorang dalam mencapai tujuan hidupnya
Manfaat dari perencanaan keuangan
bisa dirasakan dengan adanya “arah dan arti” keputusan finansial seseorang.
Melalui pengelolaan keuangan, seseorang bisa mengerti bagaimana setiap
keputusan keuangan yang dibuat berdampak ke area lain dari keseluruhan situasi
keuangan dirinya. Dengan melihat setiap keputusan finansial sebagai bagian dari
suatu keseluruhan, seseorang dapat mempertimbangkan efek jangka pendek dan
jangka panjang atas tujuan-tujuan hidupnya. Dia dapat lebih mudah beradaptasi
atas perubahan hidup dan merasa lebih aman karena tujuan-tujuannya berada di
jalur yang tepat.
Perencanaan keuangan dapat dijadikan
sebagai alat untuk bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan keuangan di masa kini dan
masa depan.
Pada akhirnya nanti, seseorang
berharap bisa mencapai tujuan akhir dari perencanaan keuangan yaitu kebebasan
finansial (financial freedom), yang dapat diartikan : bebas dari hutang,
tersedianya arus penghasilan dari investasi yang telah dilakukannya, serta
terproteksi secara finansial dari risiko apapun yang mungkin terjadi.
Dalam menyusun perencanaan keuangan,
seseorang akan dipengaruhi oleh kondisi (live event) yang sedang dialaminya
sehingga dengan demikian perencanaan keuangan akan bersifat spesifik.
Perencanaan keuangan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan
bersifat dinamis. Pada suatu saat, rencana tersebut dapat memerlukan
penyesuaian.
Berikut merupakan beberapa kondisi
atau kejadian yang dapat mempengaruhi perencanaan keuangan seseorang :
·
Status perkawinannya (belum menikah
atau sudah menikah)
·
Kondisi pekerjaan (sudah memiliki
pekerjaan tetap atau belum)
·
Usianya (umur yang semakin bertambah)
·
Kondisi keluarganya (jumlah anggota
keluarga yang manjadi tanggungan)
· Kondisi perekonomian nasional
(kemudahan dalam mencari pekerjaan dan penghasilan)
·
Tingkat pendidikannya (tingkat
pendidikan mempengaruhi penghasilan), serta
·
Kondisi kesehatannya (mempengaruhi
biaya dan kelangsungan dari pendapatan).
Perubahan pada salah satu atau
beberapa kondisi di atas dapat mempengaruhi perencanaan keuangan yang sudah
dibuat seseorang atau keluarga. Sehingga seringkali perencanaan keuangan
seseorang harus disusun kembali (bersifat dinamis).
Proses Perencanaan Keuangan
Proses perencanaan keuangan keluarga
sangat perlu dilakukan demi mengantisipasi pengeluaran yang kurang di butuhkan,
dan membiasakan hidup hemat tanpa boros. Apalagi dengan pendapatan yang minim, Anda dapat menyusun perencanaan keuangan sendiri
melalui 5 (lima) langkah berikut ini :
1. Mengevaluasi kondisi keuangan Anda saat ini
Melakukan analisis dengan
memperhatikan kondisi terkini, seperti status perkawinan, jumlah anggota
keluarga, kondisi pekerjaan, usia, kondisi kesehatan, dan lain-lainnya.
2. Menyusun tujuan-tujuan keuangan Anda
Disusun tujuan-tujuan yang ingin
dicapai, baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, seperti :
·
Memiliki tabungan di bank sebanyak 20
juta pada 2 tahun ke depan,
·
Ingin memiliki rumah sendiri pada 10
tahun ke depan,
·
Memiliki mobil pribadi 3 tahun ke depan,
·
Menunaikan ibadah haji 15 tahun ke
depan.
3. Menyusun perencanaan keuangan dan alternatifnya untuk mencapai
tujuan-tujuan keuangan
Perencanaan keuangan dapat berupa
kegiatan yang akan dilakukan dan bauran produk keuangan yang akan digunakan,
dikaitkan dengan jangka waktu pencapaiannya.
Misalkan :
· Membayar sebesar Rp. 350.000 / bulan
untuk premi asuransi pendidikan anak selama 10 tahun
·
Menabung sebesar Rp. 500.000 / bulan
untuk dana naik haji selama 15 tahun
·
Mencicil sebesar Rp. 1,5 juta / bulan
untuk kredit pembelian mobil selama 10 tahun
4. Melaksanakan perencanaan keuangan yang sudah tersusun dengan disiplin
5. Mereview dan menyempurnakan rencana keuangan secara periodik untuk
menyesuaikan kondisi keuangan terkini
Kondisi keuangan seseorang bisa
berubah. Misalnya seperti : lahirnya anggota keluarga baru, mengalami sakit
yang membutuhkan biaya besar dan terganggunya sumber penghasilan keluarga,
meningkatnya pendapatan secara signifikan, dan lain-lain.
Jika terjadi perubahan, maka proses
perencanaan keuangan akan dilakukan lagi dimulai dari awal proses (mengevaluasi
kondisi keuangan terkini) dan diteruskan dengan proses-proses berikutnya.
Sumber :