Pakar Neurosains dari Komunitas
Neuronesia, Dr. Amir Zuhdi, mengatakan, emosi orang tua dalam proses pengasuhan
sangat mempengaruhi perkembangan otak anak serta prestasinya di masa depan.
"Lingkungan yang destruktif
seperti emosi orang tua dapat menghambat perkembangan otak anak. Oleh karenanya
diperlukan keterampilan orang tua dalam mengelola kemarahan dalam proses
pengasuhan anak," ujar Amir dalam seminar di Jakarta, Minggu (31/1/2015).
Pengasuhan anak yang baik hendaknya
berbasis perkembangan otak karena otak anak tersebut berkembang bertahap.
Pengasuhan yang baik menjadi stimulasi bagi perkembangan otak anak.
Pada otak terdapat sirkuit saraf
otak yang mengatur sistem pengasuhan. Sirkuit tersebut bernama "otak
pengasuhan" yang terdiri dari Sistem Limbic, Cortex PreFrontal,
Lobus Parietalis, Lobus Temporalis, Lobus Temporalis, Lobus Occipithalis,
dan Cerebellum serta Batang Otak.
Masing-masing "otak
pengasuhan" itu berkembang secara bertahap dan mengasuh sesuai dengan
perkembangan otak anak. "Anak yang berusia nol sampai 13 tahun, harus
diasuh pada pengasuhan emosi. Anak seusia tersebut telah mengenal berbagai
jenis emosi seperti marah, sedih, cemas, gembira, dan cinta," jelas dia.
Orang tua, lanjut dia, harus
memahami cara dasar penanganan emosi yang muncul pada dirinya. Jika tidak, maka
ketidakmampuan mengelola emosi akan mengganggu prestasi hidupnya.
"Mengasuh anak dengan melibatkan seluruh panca indra dapat mempengaruhi
kualitas penyerapan informasi yang terproses dalam otak anak," ujarnya.
Anak pada usia tersebut juga harus
diberi berbagai macam stimulan yang baik. Lingkungan yang kaya dan variatif
dengan permainan membuat otak anak berkembang pesat. Selain itu, pemberian
makanan dengan kualitas gizi yang baik merupakan amunisi penting bagi otak anak
tersebut.
0 comments:
Posting Komentar