Sejak selesai
dibangun dan diresmikan pada 17 Ramadan 1431 H (27 Agustus 2010), bangunan yang
terletak di kawasan Kota Baru Parahyangan, Kecamatan Padalarang, Kabupaten
Bandung Barat, ini sudah mencuri perhatian masyarakat di Bandung Barat dan
sekitarnya.
Bangunannya
yang unik menjadikan bangunan ini mudah dikenali oleh masyarakat yang melintas
di kawasan Kota Baru Parahyangan. Apalagi dari kejauhan pun bangunan ini
terlihat menjulang karena lokasinya berada beberapa meter di atas jalan raya.
Nama masjid
ini makin populer dan dikenal luas oleh masyarakat, bahkan dunia, sebab
beberapa bulan setelah dibangun, masjid yang memiliki arsitektur memukau ini
langsung menyabet penghargaan bergengsi tingkat dunia. National Frame Building Association memilih Masjid Al-Irsyad, nama
masjid unik ini, menjadi satu-satunya bangunan tempat peribadatan di Asia yang
masuk 5 besar Building of The Year 2010.
Perhelatan
akbar yang melibatkan sekitar 15.000 orang arsitek di seluruh dunia ini
menempatkan Masjid Al-Irsyad dalam kategori arsitektur religius. Hal yang lebih
membanggakan lagi, masjid berbentuk kubus ini menjadi satu-satunya tempat
peribadatan di luar gereja.
Jika biasanya
masjid memiliki kubah, tidak demikian dengan Masjid Al-Irsyad. Masjid yang
dirancang oleh salah seorang arsitek ternama Indonesia, Ridwan Kamil, ini di desain mirip Kabah. Bangunan masjid yang
berbentuk kubus terlihat begitu bersahaja. Namun penataan batu bata pada
keseluruhan dinding masjid terlihat sangat mengagumkan.
Batu bata
yang disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk lubang atau celah di antara
bata solid, jika dilihat dari kejauhan, akan menghadirkan lafaz Arab yang terbaca
sebagai dua kalimat tauhid (Laa ilaha illallah Muhammad Rasulullah, yang
artinya tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah).
Selain
memiliki fungsi artistik, lubang-lubang itu juga berfungsi sebagai ventilasi
udara. Menjelang malam, ketika lampu di dalam masjid mulai dinyalakan, sinar
lampu akan menerobos celah ventilasi sehingga jika dilihat dari luar tampak
seperti masjid yang memancarkan cahaya berbentuk kalimat tauhid. Benar-benar
sangat mengagumkan.
"Jika
dilihat dari dalam seperti susunan batu bata yang berantakan. Tapi jika dilihat
dari kejauhan, lubang angin itu akan membentuk tulisan kalimah tauhid,"
ujar Ketua DKM Masjid Al-Irsyad, Dr Ahmad Hairudin Murtani PhD, saat ditemui
Tribun di Masjid Al-Irsyad, Kota Baru Parahyangan.
Secara
keseluruhan, masjid seluas 1.871 meter persegi itu hanya memiliki tiga warna,
yaitu putih, hitam, dan abu-abu. Susunan tiga warna tersebut tidak menjadikan
masjid ini kehilangan daya tariknya. Justru, ketiga warna itu menjadikan masjid
ini tampil lebih cantik, modern, simpel, tapi tetap elegan dan enak dipandang
mata.
Di dalam
interior masjid dipasang 99 buah lampu, sebagai simbol 99 nama Allah atau
(asmaul husna). Tiap lampu yang berbentuk kotak itu memiliki sebuah tulisan
nama Allah.
Ruang salat
di masjid yang mampu menampung sekitar 1.500 orang jemaah ini tidaklah memiliki
tiang atau pilar di tengah ruangan untuk menopang atap sehingga seakan terasa
begitu luas. Hanya empat sisi dinding yang menjadi pembatas sekaligus penopang
atapnya. Celah-celah angin pada empat sisi dinding masjid berbentuk segi empat
itu menjadikan sirkulasi udara di ruang masjid begitu baik sehingga tidak
terasa gerah atau panas di dalamnya meskipun AC atau kipas angin tak terpasang
di dalam masjid.
Bentuk mihrab
di masjid ini juga dirancang sebagai tempat menghadap Allah dengan konsep
"keindahan alam dan kebesaran Allah" di mana mihrab terbuka langsung
menghadap gunung dan langit tanpa adanya dinding apa pun di bagian kiblat
masjid ini. "Bagian imam ini sengaja tanpa dinding. Artinya menggambarkan
bahwa setiap makhluk yang salat dia akan menghadap Allah," kata Ahmad.
Halaman
masjid pun ditata sedemikian rupa dengan filosofis Kabah. Lanskap dan ruang
terbuka sengaja dirancang berbentuk garis-garis melingkar yang mengelilingi
bangunan masjid. "Lingkaran-lingkaran yang mengelilingi masjid itu
terinspirasi dari konsep tawaf yang mengelilingi Kabah," ujarnya.
Setiap hari
masjid ini tak hanya dikunjungi oleh masyarakat di sekitar Bandung, juga dari
seluruh nusantara. Bahkan, ribuan orang dari berbagai negara seperti Malaysia,
Singapura, Timur Tengah, Belanda, Australia dan beberapa negara Eropa lainnya
rela jauh-jauh untuk melihat keunikan dan desain futuristik Masjid Al-Irsyad
ini.
"Masjid
ini bahkan sudah jadi tujuan studi para mahasiswa arsitektur di seluruh dunia
karena masjid ini penuh dengan konsep arsitektur kelas dunia," kata Ahmad.
Menurut
Ahmad, meski ribuan orang hilir-mudik dan keluar-masuk masjid, para pengunjung
tak perlu khawatir masjid menjadi kotor atau terkena najis. Sebab, masjid itu
dijaga kebersihannya selama 24 jam penuh. Untuk kebersihan saja, kata Ahmad,
pengurus DKM setiap bulannya menghabiskan biaya operasional sebesar Rp 19
hingga Rp 20 juta.
"Dengan
menerapkan manajemen masjid yang profesional sejak berdiri, alhamdulillah
masjid ini selain indah juga sangat makmur dan selalu dikunjungi banyak
orang," ujar Ahmad Hairudin.