Mencari figur pemimpin
adalah proses yang paling penting dari perjalanan kebangkitan suatu
masya-rakat. Pemimpin yang tepat akan membuat masyarakat nya mencapai tatanan
yang gemilang. Perjalanan panjang sejarah telah membuktikan, pemimpin berperan
sangat besar dalam mendorong perubahan masyarakatnya.Tartar pernah menjadi
bangsa yang disegani di seluruh dunia bahkan, menjadi simbol keadidayaan yang
tak lain semua itu karena peran vital seorang pemimpin yang bernama Genghis
Khan. Begitu pula halnya dengan khalifah Umar bin Abdul Aziz, dengan
kesederhanaan dan kepemimpinannya yang disegani berhasil menguasai seper-empat
dunia pada masanya.
Islam sangat memahami betapa sentralnya
peran seorang pemimpin dalam memikul tampuk kekuasaan. Oleh karena itu,
tidaklah sembarangan seseorang dapat diangkat dan dipilih menjadi seorang
pemimpin.Tidak hanya sembarang memilih, menentukan pe-mimpin juga termasuk
perkara yang wajib. Dalam perjalanan di tengah padang pasir sekalipun, hanya
bertiga wajib ditentukan pemimpinnya. Sebagaimana sabda Nabi saw,
"Apabila kamu dalam per-jalanan, walau dipadang pasir, maka hendaklah
mereka memilih salah seorang sebagai pemimpin" (H.R. Abu Daud).
Dalam memilih pemimpin, Al-Qur’an dan
Hadits telah memberikan petunjuk, baik secara tersirat maupun tersurat. Di
antara kriteria pemimpin tersebut adalah :
Pertama, Seorang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Karena ini merupakan jalan kebenaran
yang membawa kepada kehidupan yang damai, tentram dan bahagia dunia maupun
akhirat. Disamping itu juga harus yang mengamalkan keimanannya itu yaitu dalam
bentuk amal saleh. Allah SWT U berfirman, "Janganlah orang-orang mukmin
mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang
mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah
SWT kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari
mereka..." (Q.S. Ali Imran [3]:28)
Dalam tafsir Al Qurthubi dijelaskan, ayat ini me-ngandung dua makna. Pertama, larangan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman untuk mengangkat pemimpin dari orang-orang kafir. Kedua, kewajiban untuk memilih pemimpin dari golongan yang beriman, yaitu yang menyatakan keimanan dan ketaqwaannya dengan lisan dan amalnya.
Dalam tafsir Al Qurthubi dijelaskan, ayat ini me-ngandung dua makna. Pertama, larangan Allah SWT kepada orang-orang yang beriman untuk mengangkat pemimpin dari orang-orang kafir. Kedua, kewajiban untuk memilih pemimpin dari golongan yang beriman, yaitu yang menyatakan keimanan dan ketaqwaannya dengan lisan dan amalnya.
Kedua, Berilmu
Imam Al Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam
As- Sulthaniyah menyebutkan, maksud berilmu adalah memiliki wawasan yang bisa
mengantarkanya dalam berijtihad dan menentukan kebijakan.Terutama wawasannya
tentang ilmu-ilmu syar'i yang berkaitan dengan penerapan syariah. Ilmu dapat
juga bermakna rasa takut kepada Allah SWT. Karena itulah Allah SWT Ta'alaa
berfirman,"Yang takut kepada Allah SWT diantara para hamba-Nya hanyalah
para ulama (berilmu)" (Q.S. Faathir: 28).
Ketiga, Memiliki kekuatan Fisik (sehat
jasmani dan rohani)
Hal ini dinyatakan dalam firman Allah
SWT Ta'alaa, "Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Wahai
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya". (QS. Al-Qashash [28]:26)
Ayat ini menceritakan tentang salah satu dari kedua anak perempuan nabi Syu’aib as, ia berkata kepada ayahnya tatkala nabi Musa as mengambilkan minum untuk hewan ternak kedua wanita tersebut. Rupanya orang tua itu (Nabi Syuaib) tidak mempunyai anak laki-laki dan tidak pula mempunyai pembantu.
Oleh sebab itu yang mengurus semua urusan keluarga itu hanyalah kedua putrinya saja, sampai keduanya terpaksa menggembala kambing mereka, di samping mengurus rumah tangga. Terpikirlah salah seorang putri itu untuk memintanya supaya datang memenuhi undangan bapaknya alangkah baiknya kalau Musa yang nampaknya amat baik sikap dan budi pekertinya dan kuat tenaganya diangkat menjadi pembantu di rumahnya.
Ayat ini menceritakan tentang salah satu dari kedua anak perempuan nabi Syu’aib as, ia berkata kepada ayahnya tatkala nabi Musa as mengambilkan minum untuk hewan ternak kedua wanita tersebut. Rupanya orang tua itu (Nabi Syuaib) tidak mempunyai anak laki-laki dan tidak pula mempunyai pembantu.
Oleh sebab itu yang mengurus semua urusan keluarga itu hanyalah kedua putrinya saja, sampai keduanya terpaksa menggembala kambing mereka, di samping mengurus rumah tangga. Terpikirlah salah seorang putri itu untuk memintanya supaya datang memenuhi undangan bapaknya alangkah baiknya kalau Musa yang nampaknya amat baik sikap dan budi pekertinya dan kuat tenaganya diangkat menjadi pembantu di rumahnya.
Kekuatan fisik merupakan syarat utama
dalam me-megang tanggung jawab berat mengurus umat. Dengan stamina yang prima
pemimpin akan maksimal mencurahkan tenaga, pikiran dan waktunya mengurus umat.
Bukan sebaliknya, umat yang memikirkan dan meng-urus pemimpin yang sakit-sakitan. Kriteria kuat fisik ini menjadi salah satu alasan Nabi untuk tidak memberikan jabatan kepada Abu Dzar. "Wahai Abu Dzar, aku melihat engkau lemah. Aku suka untukmu apa yang aku suka untuk diriku. Karena itu, jangan memimpin (walau) dua orang dan jangan pula menjadi wali bagi harta anak yatim" (H.R. Bukhari Muslim).
Bukan sebaliknya, umat yang memikirkan dan meng-urus pemimpin yang sakit-sakitan. Kriteria kuat fisik ini menjadi salah satu alasan Nabi untuk tidak memberikan jabatan kepada Abu Dzar. "Wahai Abu Dzar, aku melihat engkau lemah. Aku suka untukmu apa yang aku suka untuk diriku. Karena itu, jangan memimpin (walau) dua orang dan jangan pula menjadi wali bagi harta anak yatim" (H.R. Bukhari Muslim).
Keempat, Bersikap adil, jujur dan dapat
dipercaya.
Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya
engkau menurut penilaian kami adalah orang yang kuat lagi terpercaya".
(QS. Yusuf: 54). Nabi Yusuf u dikenal sebagai sosok yang adil, jujur lagi dapat
dipercaya. Pantaslah bila seluruh urusan per-bendaharaan diserahkan kepadanya.
Termasuk ketika Mesir dilanda kekeringan yang berkepanjangan, nabi Yusuf u
tampil mengusulkan mem-buat gudang penyimpanan makanan. Kepribadian nabi Yusuf
inilah yang seharusnya dapat dicontoh oleh para pemimpin Islam.
Kelima, Memiliki ke-beranian (tegas)
menegakkan yang ma'ruf dan mencegah yang munkar.
Demikian juga, seorang pemimpin harus
memiliki keberanian. Karena tanpa keberanian, segala sifat-sifat terdahulu
tidak akan dapat dijalankan secara efektif. Tegas bukan berarti otoriter, tapi
tegas maksudnya adalah konsisten. Mengatakan yang benar, benar dan yang
salah itu salah; serta melaksanakan aturan hukum yang sesuai dengan hukum
Allah SWT dan rasul-Nya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan
Rasulullah bersabda, "Sekiranya yang mencuri itu adalah Fatimah (putri
Rasulullah) niscaya akan aku potong tangannya". Hal ini membuktikan beliau
tidak pandang bulu terhadap siapapun. Hingga anak sendirinya pun sekiranya
bersalah akan dijatuhi hukuman.
Seorang pemimpin adalah pribadi yang
sangat menentu-kan bagi suatu umat atau bangsa. Karena dengannya sebuah Negara
bisa maju atau mundur. Sungguh benar perumpamaan yang me-ngatakan bahwa
pemimpin adalah nakhoda bagi sebuah kapal. Sebab Negara ibarat kapal yang
didalamnya banyak penumpang. Para penumpang seringkali tidak tahu apa-apa. Bila
nakhoda nya berusaha untuk menabrakkan kapal ke sebuah karang, tentu bisa
dipastikan bahwa kapal itu akan tenggelam dan semua penumpang akan celaka.
Naudzubillah.- (sumber:
www.ddiijakarta.or.id)
0 comments:
Posting Komentar