Adanya
ketimpangan kondisi ekonomi masyarakat saat ini mengakibatkan adanya perbedaan
yang sangat mencolok antara si kaya dan si miskin. Kondisi ini pun tak pelak
mengakibatkan banyak sekali kekayaan negara, baik sumber daya alam serta
potensi ekonomi lainnya, hanya dikuasi oleh segelintir orang saja.
Gubernur Jawa
Barat Ahmad Heryawan mengungkapkan bahwa saat ini sedikit sekali orang kaya di
Indonesia, tapi mereka menguasai banyak potensi dan aset negara. Hal ini pun
didukung oleh data dari World Bank atau Bank Dunia yang mengungkapkan kondisi
ketimpangan tersebut.
"Aset yang sangat banyak tapi
dikuasai oleh segelintir orang, berbahaya! Tapi aset yang sangat banyak
kemudian dikuasai oleh banyak orang akan terjadi persaingan sehat dan saling
menghargai lebih baik lagi," ungkap
Aher ketika menjadi narasumber dalam diskusi di Kongres Akbar V Konfederasi
Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) di Wisma Balai Besar Pembangunan
dan Perluasan Kerja (BBPPKP) Kemenaker RI, Jl. Raya Lembang No. 222, Kab.
Bandung Barat pada Sabtu (30/4/2016).
"World
Bank tahun 2014 mengeluarkan sebuah rilis. Resmi dari World Bank. World Bank
menyatakan bahwa di Indonesia 1 persen penduduk Indonesia menguasai 55,5 persen
kekayaan negara kita," jelas Aher.
Menurut Aher
situasi tersebut sangat tidak normal. Dan ke depannya harus ada semangat baru
untuk merubah situasi tersebut, yang bisa memperkecil jurang pemisah tersebut.
Pada
kesempatan ini Aher pun mengajak semua pihak agar bisa menerapkan sistem
ekonomi kerakyatan. Salah satunya, sistem perekonomian yang ada pada Koperasi.
"Kita
harus memaknai ekonomi kerakyatan bukan ekonomi UKM tapi ekonomi kerakyatan
ekonomi yang boleh UKM, boleh juga yang besar tetapi dikelola secara
profesional dan hasilnya didedikasikan untuk kesejahteraan rakyat. Itulah
ekonomi kerakyatan," papar Aher.
Aher pun
mencontohkan koperasi para pegawai Pemprov Jawa Barat atau Koperasi Praja
Sejahtera. Dalam sebulan, koperasi milik para PNS di Pemprov Jabar ini bisa
meraup dana hingga Rp 22 Milyar yang bisa dijadikan modal untuk sebuah usaha
bersama, dengan pemilik modalnya yakni para PNS.
"Kopersi
bukan perusahaan tapi koperasi bisa memiliki dan membuat puluhan perusahaan.
Koperasi pemiliknya bisa ribuan orang, jutaan orang. Di koperasi ada dana
kerakyatan atau dana "udunan" rame-rame tapi ketika dikumpulkan akan
menjadi kekuatan ekonomi yang sangat dahsyat," ujar Aher.
Sarbumusi
merupakan organisasi serikat pekerja atau perburuhan yang berada di bawah
naungan Nahdlatul Ulama dan merupakan badan otonom NU. Kongres ini digelar pada
tanggal 30 April - 1 Mei 2016 atau bertepatan dengan Hari Buruh Internasional
dan tahun ini mengambil tema "Meneguhkan Peran Konfederasi Sarbumusi Dalam
Era Global".
Kongres Akbar
ini diikuti para pengurus cabang dan wilayah Sarbumusi se-Indonesia. Kongres
ini diharapkan bisa mengeluarkan beberapa rekomendasi yang berkaitan dengan
ketenagakerjaan, serta digelar pula diskusi mengenai kondisi ketenagakerjaan
yang terjadi di Indonesia saat ini.
0 comments:
Posting Komentar