Obat adalah produk farmasi yang
terdiri dari bahan aktif dan bahan farmaseutik (bahan pembantu eksipien). Jadi
dalam satu obat bisa terbuat lebih dari 2 sampai 3 bahan. Perkembangan
teknologi proses pembuatan obat kini semakin maju dan membuat kita sebagai konsumen
tidak menyadari akan kandungan bahan obat yang ada dipasaran.
Sumber bahan aktif obat dan bahan
farmaseutik bermacam-macam. Bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba, bahan
sintetik kimia, bahkan dari virus yang dilemahkan atau bahan yang berasal dari
manusia.
Baik bahan aktif maupun bahan
farmaseutik memiliki titik kritis kehalalan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya
perkembangan teknologi proses pembuatan dan produksi obat yang semakin maju.
Selain itu adanya juga kecenderungan khasiat yang diklaim sang produsen, obat
hanya akan efektif jika menggunakan bahan tertentu saja.
Perhatikan Bahan Aktif Obat
Titik kritis bahan aktif obat bisa
dimulai dari asal muasal bahan aktif tersebut. Contoh bahan aktif obat yang
berasal dari hewan adalah protein, asam amino, vitamin, mineral, enzim, asam
lemak dan turunannya, khondroitin, darah, serum, plasma, hormon hingga karbon
aktif. Jika berasal dari hewan, maka hewannya harus hewan halal bukan hewan
haram. Sebab bisa saja sebagian bahan seperti protein, karbon aktif,
khondroitin, asam lemak, dan mineral berasal dari babi, seperti tulang, kulit,
lemak hingga jeroannya. Jika berasal dari hewan halal maka proses
penyembelihannya pun harus sesuai dengan syariat Islam.
Bagaimana dengan bahan aktif yang
berasal dari mikroba. Bahan aktif obat yang berasal dari mikroba tidak
sepenuhnya bisa dimanfaatkan langsung oleh produsen. Untuk mendapatkan bahan
aktif dari mikroba tersebut diperlukan tahapan proses fermentasi. Pada proses
tersebut diperlukan bahan-bahan media. Contohnya adalah pada pembuatan vaksin.
Media pembiakan inilah yang mesti dikritisi, sebab sering menggunakan bahan
media yang berasal dari protein hewan, bisa dari babi maupun hewan lainnya.
Belum lagi penggunaan bahan pasca fermentasi seperti karbon aktif, yang
diketahui bisa berasal dari tulang hewan.
Bahan aktif lain yang marak
digunakan dalam industry obat-obatan adalah bahan aktif yang berasal dari
manusia. Seperti keratin rambut manusia untuk pembentukan sistein. Maupun
placenta manusia untuk obat-obatan, seperti obat luka bakar dan yang lainnya.
Beberapa metode kedokteran bahkan menggunakan ari-ari atau placenta ini untuk
obat leukemia, kanker, kelainan darah, stroke, liver hingga diabetes dan
jantung.
Placenta itu adalah ari-ari, yang
sangat berguna pada bayi saat berada di dalam rahim ibu. Pasalnya, melalui
organ ini janin memperoleh zat makanan dan kebutuhan hidup yang lainnya. Lantas
bagaimana dengan bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan sintetik kimia.
Jangan senang dulu, bahan aktif ini bisa saja bersinggungan atau terkontaminasi
dengan bahan farmaseutik (penolong) yang mesti dipertanyakan juga asal-usulnya.
Contohnya penggunaan alkohol untuk mengisolasi bahan aktif dari tumbuhan
tersebut seperti alkaloid, glikosida dan bahan lainnya. Bahan yang berasal dari
tumbuhan ini bisa juga melalui proses fermentasi yang menghasilkan alkohol,
seperti sari mengkudu dan yang lainnya.
Sama halnya dengan bahan aktif yang
berasal dari tumbuhan, bahan sintetik juga mesti diperhatikan bahan
campurannya. Bisa saja bahan penolong, dan campurannya bercampur atau
terkontaminasi bahan yang tidak jelas kehalalannya. Waspadai Bahan Tambahan
Pembuatan Obat.
Banyak obat menggunakan bahan
farmaseutik sebagai bahan tambahan agar khasiat obat bisa diserap oleh tubuh.
Namun sayang tidak semua bahan farmaseutik itu jelas status kehalalannya.
Bahan farmaseutik terdiri dari 28
macam bahan, seperti yang tercantum di dalam tabel di bawah ini :
·
Bahan
Pengasam
·
Bahan
pembasah
·
Bahan
penjerap
·
Bahan
aerosol
·
Bahan
pengawet
·
Antioksidan
·
Bahan
pendapar
·
Bahan
Pengkhelat
·
Bahan
pengemulsi
·
Bahan
pewarna
·
Bahan perisa
·
Bahan
pelembab
·
Bahan
pelembut
·
Bahan dasar
salep
·
Bahan
pengeras
·
Bahan
pemanis
·
Bahan
pensuspensi
·
Bahan
penghancur tablet
·
Bahan
pengisi tablet
·
Bahan
penyalut
·
Bahan
pelincir tablet
·
Bahan
perekat tablet
·
Bahan
pelumas
·
Bahan
pengkilap
·
Bahan
pengisotonis larutan
·
Pelarut/pembawa
·
Bahan
enkapsulasi
·
Pengganti
udara
Dari ke 28 jenis bahan farmaseutik
tersebut terdapat beberapa bahan yang memiliki titik kritis kehalalan. Yakni
bahan pengemulsi, bahan pewarna, bahan perisa, bahan pengisi tablet, bahan
pengkilap, bahan pemanis, bahan pelarut dan bahan enkapsulasi.
Bahan tersebut memiliki titik kritis
kehalalannya sebab bisa saja berasal dari bahan haram dan najis seperti babi,
alcohol, organ manusia maupun bahan hewani lain yang tidak jelas asal-usul
maupun proses penyembelihannya.
Selain yang disebutkan di atas, kita
juga mesti mengkritisi kehalalan obat dalam dari bentuk sediannya obatnya.
Contohnya adalah obat berbentuk tablet. Bahan yang mesti diwaspadai dalam
proses pembuatan obat berbentuk tablet sering digunakan bahan magnesium
stearat, monogliserida yang berasal dari turunan lema. Demikian juga
dengan obat berbentuk serbuk dan kaplet, penggunaan laktosa dalam proses
produksi obat serbuk adalah yang mesti diperhatikan, dimana enzim hewani bisa
saja berperan dalam pembuatan laktosa ini. Termasuk juga penggunaan bahan
pewarna.
Cangkang kapsul pun mesti diperhatikan, sebab sebagian besar bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kapsul mempergunakan gelatin. Seperti diketahui, bahwa gelatin bisa berasal dari tulang maupun kulit hewan, seperti babi, sapi maupun ikan.
Cangkang kapsul pun mesti diperhatikan, sebab sebagian besar bahan yang digunakan dalam proses pembuatan kapsul mempergunakan gelatin. Seperti diketahui, bahwa gelatin bisa berasal dari tulang maupun kulit hewan, seperti babi, sapi maupun ikan.
Tidak berhenti sampai di sini saja,
obat berbentuk cair atau liquid juga mesti diperhatikan. Terutama penggunaan
etanol atau alkohol dan flavor (perasa) yang digunakan. Sebab bisa saja flavor
tersebut terbuat dari bahan penyusun (ingredient) dan pelarut yang tidak jelas
kehalalannya.
Obat berbentuk pil dan injeksi
(suntik) juga sama, bahan penyusun obat seperti gliserin yang bisa saja berasal
dari turunan lemak juga mesti diperhatikan. Termasuk juga penggunaan bahan
gelatin yang banyak digunakan. Demikian halnya penggunaan protein darah manusia
dalam obat injeksi. Etanol dan gliserin pun dapat digunakan dalam
obat-berbentuk suntik tersebut. Contoh lain adalah Insulin yang bisa berasal
dari pankreas babi, atau lovenox (obat injeksi anti penggumpalan darah) yang
juga bisa berasal dari babi.
Oleh karena itu, kita sebagai
konsumen mesti juga cermat dalam memilih obat-obatan. Sebab bukan hanya ingin
mendapatkan kesembuhan semata, namun juga ridha dari Allah SWT. Bertanya dan
mencari tahu bisa menjadi salah satu cara untuk menghindari kita dari
obat-obatan yang tidak jelas kehalalannya.
0 comments:
Posting Komentar