Ini kami
bicara terus-terang ya. Tidak pakai pura-pura. Tidak ditutup-tutupi. Mari kita
bicara sebagai sesama Ummat yang peduli kehidupan Islam dan Muslimin, insya
Allah.
Perbedaan
antara Aswaja dan Wahabi utamanya dalam 3 poin berikut :
1. Amalan-amalan
yang dianggap TABARRUK (mencari berkah) oleh Aswaja, dan
dipandang mengandung kemusyrikan
oleh Wahabi. Misalnya yang berkaitan dengan kuburan, orang shalih, wali,
tawasul, dan lainnya.
2. Amalan
yang dipandang FADHILAH (keutamaan) oleh Aswaja, namun dipandang
BID’AH oleh Wahabi. Misalnya tentang
Tahlilan, Yasinan, Mauludan, doa Qunut, dan lain-lain.
3.
Perbedaan
cara memahami Sifat Allah dan Perbuatan-Nya. Aswaja rata-rata menempuh cara TAKWIL, sedangkan Wahabi rata-rata
menempuh ITSBAT.
Nah, di 3
poin tersebut perbedaan utamanya. Adapun soal perbedaan SIKAP POLITIK,
PENAMPILAN LAHIRIYAH, dan CARA IBADAH, itu sifatnya relatif. Artinya, sulit
untuk dipetakan, karena di kedua belah pihak kadang memiliki kesamaan-kesamaan.
RAHASIA BESARNYA, mohon ini dicatat
dengan sangat tebal, semua itu adalah : PERBEDAAN
PENDAPAT DAN PENAFSIRAN. Itulah hakikatnya. Hal ini sama seperti perbedaan
ANTAR MADZHAB FIQIH atau perbedaan penafsiran ulama sejak zaman dahulu. Sama,
hanya diulang-ulang saja, atau diaktualisasi dalam kenyataan modern. Hakikatnya
sama.
Jadi, seberat-beratnya perbedaan
antara Aswaja dan Wahabi, masih levelnya PERBEDAAN
PENDAPAT SEPUTAR ILMU. Hal semacam itu biasa terjadi dalam sejarah Islam,
sejak dulu sampai saat ini. Apa Anda tidak pernah mendengar para ulama dulu
berbeda pendapat?
Tapi ingat, perbedaan ini tak pernah
sampai saling menghancurkan, saling mengusir, saling merusak, saling membunuh,
saling memerangi. Wong areanya perbedaan PENDAPAT ILMIAH. Berdebat panjang
lebar sampai maki-makian, mungkin terjadi. Tapi saling serang, membunuh,
memerangi; tak pernah terjadi dalam sejarah Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Namun kalau sudah berkaitan dengan
Syiah Rafidhah, justru tidak ada lagi PERBEDAAN ILMIAH. Yang ada adalah
perbedaan keimanan dan akidah. Mereka mengkafirkan seluruh Ahlus Sunnah, selagi
kita tidak mau loyal kepada imam-imam mereka.
Perbedaan
dengan Syiah bukan lagi soal “debat dalil”, tapi sudah berkaitan dengan tema
perang dan ambisi menghancurkan. Nas’alullah al ‘afiyah.
Maka sangat mengenaskan jika
perbedaan pandangan antara Aswaja dan Wahabi ini akhirnya berakhir dengan
konflik di antara kita. Apa maunya ya dan apa tujuannya? Siapa yang paling
mengambil untung jika masing-masing kita menjadi lemah dan terluka?
Justru sikap kita yang tidak mau
mendudukkan perbedaan ini dalam LINGKUP ILMIAH, itu menunjukkan kelemahan
status kita sebagai Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Masak seorang Ahlus Sunnah merasa
sempit dada gara-gara perbedaan pendapat. Apa dia tidak pernah mendengar
perbedaan pendapat di kalangan ulama, selama sejarah Islam?
Semoga dimengerti dan menginspirasi
kebaikan. Amin yaa Rabb.
0 comments:
Posting Komentar