KKP News - Tak
hanya berperan dalam filter air budidaya, penggunaan arang aktif dalam pakan
meningkatkan kesehatan ikan dan udang. Sudah terbukti. Pemanfaatan arang telah
dikenal sejak jaman kuno. Catatan terawal menunjukkan bahwa orang-orang Mesir
dan Sumeria sejak 3.750 tahun sebelum masehi telah menggunakan arang untuk
pemurnian bijih perunggu. Orang mesir menggunakannya untuk mengobati luka yang
membusuk dan menyerap racun tercatat pada tahun 1550, sesuai papyrus. Catatan
lain pada tahun 450 SM, orang India telah menggunakannya untuk pemurnian air
minum. Penggunaannya meluas pada peradaban lain, baik karena belajar atau
penemuan yang berdiri sendiri.
Penggunaan
arang teraktivasi baru muncul pada abad ke-19 dan diperdalam kegunaannya sampai
sekarang. Arang teraktivasi atau arang aktif berbeda dari arang biasa,
berdasarkan kemampuan penyerapannya. Daya serap arang meningkat setelah
dimurnikan dari berbagai pengotor dan diperluas pori-porinya melalui pemanasan
tinggi dan penggunaan bahan kimia.
Penggunaan
arang aktif dalam penyaringan air untuk keperluan akuakultur telah dikenal
luas. Namun, berdasarkan pengamatan penulis, belum ada laporan atau tulisan
yang menunjukkan pemanfaatan arang aktif jenis serbuk (powdered activated
charcoal/PAC) dalam bidang ini. Partikel serbuk arang aktif berukuran 0,17—0,27
µm. Sementara ukuran di atasnya, sampai 2 mm, disebut granulated activated
charcoal. Luas permukaan yang dihasilkannya dapat mencapai 500—1.500 m2/g.
Tulisan ini menyajikan pengalaman dan pengamatan penulis tentang penggunaan
serbuk arang aktif dalam budidaya ikan dan udang.
Selain itu,
serbuk arang juga memiliki fungsi sebagai obat. Dengan kemampuannya menyerap
racun dan bahkan mikroorganisme, serbuk arang dapat digunakan dalam pengobatan.
Serbuk arang aktif dapat ditambahkan ke dalam pakan untuk menyerap racun akibat
serangan bakteri pada usus biota budidaya. Serbuk arang aktif dilaporkan dapat
mengurangi efek penyakit berak putih pada udang Yannamei. Hal ini dilakukan
dengan cara, serbuk arang aktif ditambahkan pada pakan dengan perekat seperti
kanji, alginat, dan putih telur. Dosis serbuk arang aktif yang diberikan
berkisar 1—4 %.
Serbuk arang
aktif juga dapat dimanfaatkan sebagai suplemen pakan untuk pembesaran ikan.
Pengamatan jaringan epitel usus menunjukkan bahwa mikrofili usus ikan yang
diberi pakan bersuplemen arang aktif lebih berkembang dibanding kontrol.
Mikrofili pada usus ikan yang diberi arang aktif lebih panjang dan meluas. Hal
ini akan meningkatkan daya serap usus terhadap nutrisi sehingga berefek pada
menurunnya FCR.
Preparat
jaringan usus ikan nila dengan pewarnaan HE, perbesaran 400x. (A) 3% arang
aktif, (B) 1,5% arang aktif, (C) kontrol. Mekanisme yang mendasari fenomena ini
belum begitu jelas. Diduga, serbuk arang aktif menyerap mukus yang digunakan
bakteri dalam pembentukan lapisan biofilm di permukaan epitel. Dengan begitu,
jalur masuk nutrisi tidak terhalangi. Dugaan lain, serbuk arang aktif menyerap
bakteri usus sehingga pemanfaatan pakan oleh bakteri menjadi berkurang.
Pengamatan isi usus menunjukkan bahwa arang berukuran kecil, 50—150 µm, banyak
tertinggal di dalam fili usus.
Pengamatan
pada kotoran usus menunjukkan banyaknya pakan alami seperti fitoplankton dan
rotifer. Warna kotoran juga lebih hijau dan kompak. Kualitas air pun menjadi
lebih baik. Terlihat dari nilai total amoniak nitrogen yang lebih rendah.
Percobaan
pada pendederan ikan nila menunjukkan turunnya FCR. Ikan nila dengan berat awal
sekitar 7 g dipelihara selama 40 hari dengan pakan berprotein rendah (17%).
Serbuk arang aktif dimasukkan dalam formula pakan dengan dosis 1,5—3%.
Hasilnya, diperoleh SR 100% dan FCR turun menjadi lebih rendah sebesar 0,2
dibanding kontrol.
Pembesaran
ikan nila di kolam semen menunjukkan bahwa pemberian serbuk arang aktif
sebanyak 1,5% pada pakan dapat diperoleh FCR 1. Ikan nila dipelihara dalam
kolam semen berukuran 150 m2 dengan kepadatan 30 ekor/m2 dan dipanen dengan
ukuran 8—10 ekor/kg. Dengan cara ini diperoleh kelangsungan hidup ikan nila
sekitar 85% selama pemeliharaan 3,5 bulan. Caranya, serbuk arang aktif 1,5% dan
kanji 1,5% dicampur air sebanyak 10%, lalu dipanaskan. Bubur ini diaduk dengan
pakan lalu diangin-anginkan. Persentase dihitung dari berat pakan. (MD)
0 comments:
Posting Komentar