Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober 3, 2015

HARI PANGAN SEDUNIA : “Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku”

HARI PANGAN SEDUNIA : “Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku” Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia Hari Pangan seDunia di Indonesia diperingati setiap tanggal 19 Agustus setiap tahunnya yang di bentuk pada tahun 1973 di Bogor oleh Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (PERGIZI PANGAN). Sebagai pelopor pangan dan dan gizi di Indonesia PERGIZI PANGAN Indonesia  bertujuan untuk mewujudkan komunikasi yang baik dan kerjasama yang sinergi dan harmonis dalam berbagai kegiatan pengembangan dan penerapan IPTEKS gizi dan pangan serta turut membantu usaha pemerintah, swasta dan masyarakat   dalam mengatasi masalah pangan dan perbaikan gizi masyarakat. Sampai saat ini masalah pangan dan gizi di Indonesia masih terbilang kurang dari baik, dikarenakan rendahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi yang baik. Masalah gizi juga sering terjadi karena tingginya harga pangan di pasaran bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga tidak

Belajar Dari Arab Saudi Dalam Mengelola Pendidikan

Sesunguhnya salah satu potret besar masalah bangsa Indonesia selain masalah kesehatan adalah masalah pendidikan. Kalimat bahwa "setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan" seperti tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 sepertinya hanya berupa hiasan di atas kertas. Lihatlah, ketimpangan pendidikan yang terpampang telanjang, hadir berdampingan dengan "kaum borjuis" yang memamerkan kekayaannya tanpa rasa kepedulian. Janji pemerintah untuk memberikan pendidikan gratis pun sepertinya hanya berupa "janji pemilu". Faktanya, biaya pendidikan justru semakin mahal, pungutan liar pun masih marak jelang penerimaan murid baru. Anehnya, sekolah-sekolah negeri pun tanpa malu-malu berlomba-lomba untuk bisa menarik dana dari orang tua murid dengan mendirikan RSBI. Akibatnya, pendidikan berkualitas pun sepertinya hanya milik beberapa gelintir orang "borjuis" saja. Si miskin sepertinya tidak lagi berhak untuk menikmati pendidikan bermutu. Kesenjangan tersebu