Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April 21, 2016

Studi : Gaji Kecil dan Sering Lembur Kerja Picu Stres

Waspada, masalah kantor bisa mengancam nyawa Anda. Stres, saat ini merupakan salah satu dampak dari gaya hidup modern yang dapat dipicu berbagai faktor. Salah satunya, beban pikiran karena karier. Mulai dari gaji kecil di bawah standar, maupun waktu lembur yang terlalu banyak, menyebabkan stres bisa terjadi pada siapa saja. Namun berhati-hatilah, karena stres pekerjaan dapat mengancam kesehatan tubuh. "Stres karena pekerjaan, dapat merusak kesehatan tubuh, layaknya perokok pasif yang tanpa sadar, terpapar asap rokok dari orang lain," ujar Joel Goh, salah satu peneliti yang melakukan riset di Harvard University.  Dilansir dari  Daily Mail,  penelitian ini merupakan hasil tinjauan gabungan dari 228 penelitian yang membahas tentang stres di lingkungan kerja. "Terlalu sering lembur dan gaji di bawah rata-rata, adalah salah satu pemicu stres di pekerjaan, yang meningkatkan risiko kematian dini, sebanyak 20 persen," kata Joel.  Selain itu, kurangnya fasil

Kasus Siyono, Din Syamsudin Minta Densus 88 Dituntut Ke Mahkamah HAM

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin, merupakan salah satu tokoh yang mengecam keras tindakan semena-mena Densus 88 terhadap terduga teroris Siyono.   Siyono meregang nyawa secara mengenaskan di tangan pasukan elit anti teror. Din menegaskan, apa yang dilakukan oknum Densus ini tidak mencerminkan profesionalisme dalam penegakan hukum. Bahkan, Din menyebut tidak akan selamat hidup oknum Densus 88 yang telah bertindak sebagai "malaikat pencabut nyawa". "Oknum-oknum Densus seperti ini tidak akan selamat hidupnya, (karena) telah mengambil alih tugas Allah yang Maha Pencipta, tidak selamat hidupnya dunia akherat. Tidak hanya dia, keluarganya juga," tegas Din di Jakarta, Senin, (4/4). Din mendukung pemberantasan terorisme, namun cara yang dilakukan oleh pasukan elit yang dilatih oleh Australia ini menurutnya salah besar. Apa yang dilakukan Densus 88 ini justru malah makin melanggengkan terorisme. "Ini pukulan bagi pemerintah. Tidak perlu m

2 Hal Cara Mencegah Tergerusnya Budaya Bangsa

Prof. Din Syamsuddin Wakil Ketua Dewan Penasehat Pusat Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Din Syamsuddin, yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI), telah membahas mengenai tergerusnya budaya bangsa yang semakin kehilangan identitasnya karena serangan budaya asing. "Kita tidak bisa mengelak dari gempuran budaya," kata Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin usai memimpin rapat pleno anggota Wantim MUI di Jakarta, Rabu (20/4). Atas fenomena tergerusnya budaya bangsa itu, kata Din, pihaknya merumuskan dua hal penting untuk menanggulangi hal tersebut. Pertama , lanjut dia, perlu ada strategi kebudayaan jangka panjang untuk bangsa. Dengan begitu, generasi mendatang dapat tumbuh dengan kualitas mental spiritual yang baik sehingga dapat menghadapi tantangan zaman. "Perlu ada kerangka strategis soal mekanisme pertahanan diri secara bersama-sama. Agar juga didorong tumbuhnya media yang mendidik menilik peran media sanga

Mengapa Harus R.A Kartini, Bukan Pahlawan yang Lain?

Sebenarnya hakikat peringatan Hari Kartini tidak hanya untuk mengingat perjuangan Kartini, melainkan juga perjuangan wanita lain. #MenggugatKartini ’ Berikut kami akan bahas sekilas tentang sosok Kartini. Kenapa Kartini? 1.     Siapa sosok Kartini yg misterius itu? Kenapa dia bisa menghipnotis dunia dengan  tulisannya? Kartini pun identik dengan Jawa-sentrisme. #MenggugatKartini 2.     Kartini hidup di zaman dimana prempuan tidak diperlakukan sebagai subjek. Kartini adalah objek. Ia dipingit, padahal ia ingin tetap bersekolah. #MenggugatKartini 3.     Kartini adalah anak dari Bupati Jepara. Dia pintar dan penurut. Perempuan ningrat yang mampu sekolah di ELS, sekolah fav pro Belanda. #MenggugatKartini 4.     Kartini mampu berbahasa Belanda. Banyak membaca koran2 / majalah2 Belanda. Pengetahuannya luas, menembus cakrawala hingga ke Eropa. #MenggugatKartini 5.     Kartini juga sangat bersemangat melanjutkan sekolahnya ke Eropa. Tapi ia harus tunduk pada tradisi Jawa. Di

Benarkah R.A Kartini Sebagai ‘Pejuang Jender’?

Raden Adjeng Kartini Aktivis perempuan sudah menobatkan R.A. Kartini sebagai pejuang emansipasi. Dia digambarkan sebagai sosok yang bersemangat memperjuangkan kaum perempuan agar mempunyai hak yang sama dan sejajar dengan kaum pria. Pada setiap bulan April tokoh ini kembali di angkat sembari terus mendorong perempuan Indonesia untuk menempati posisi-posisi yang biasanya didominasi oleh pria. Bagai gayung bersambut, kaum perempuan Indonesia pun bergegas mencari peluang karir setinggi-tingginya, tanpa peduli harus mengorbankan keluarga maupun harga dirinya. Benarkah semua ini sejalan dengan perjuangan Kartini? Agaknya kesimpulan ini terlalu terburu-buru. Mengenal Kartini salah satunya dengan membaca buku kumpulan surat-surat Kartini kepada sahabat-sahabatnya di Negeri Belanda. Dalam buku ini tampak bahwa Kartini adalah sosok yang berani menentang adat-istiadat yang kuat di lingkungannya. Dia menganggap setiap manusia sederajat sehingga tidak seharusnya adat-istiadat membedakan be