Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei 2, 2016

Kementerian Sekretariat Negara Menggalakkan Penggunaan Energi Terbarukan

Dalam rangka mendukung penggunaan energi terbarukan, Kementerian Sekretariat Negara telah memanfaatkan tenaga surya/matahari sebagai sumber energi listirk alternatif. Energi ini telah digunakan sebagai sumber energi lampu-lampu penerangan jalan di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara. Selain menghemat penggunaan energi listrik konvensional, upaya ini diharapkan juga dapat mendorong efisiensi pengeluaran biaya. Saat ini jalan di sekitar Gedung Utama dan Istana lebih terang, karena jumlah titik lampu yang dapat dinyalakan jauh lebih banyak. Hal ini tentu merupakan bagian dari upaya optimal untuk memberikan pelayanan terbaik kepada Presiden dan Wakil Presiden. Prinisip kerja penggunaan cahaya atau sinar matahari sebagai sumber energi terbarukan adalah dengan mengkonversinya menjadi listrik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan teknologi sel surya atau photovoltaic (PV) yang terbuat dari bahan semi konduktor yang dapat disesuaikan untuk melepas elektron, partikel bermuatan negat

1% Orang Indonesia Menguasai 55% Kekayaan Negara

Adanya ketimpangan kondisi ekonomi masyarakat saat ini mengakibatkan adanya perbedaan yang sangat mencolok antara si kaya dan si miskin. Kondisi ini pun tak pelak mengakibatkan banyak sekali kekayaan negara, baik sumber daya alam serta potensi ekonomi lainnya, hanya dikuasi oleh segelintir orang saja. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengungkapkan bahwa saat ini sedikit sekali orang kaya di Indonesia, tapi mereka menguasai banyak potensi dan aset negara. Hal ini pun didukung oleh data dari World Bank atau Bank Dunia yang mengungkapkan kondisi ketimpangan tersebut. "Aset yang sangat banyak tapi dikuasai oleh segelintir orang, berbahaya! Tapi aset yang sangat banyak kemudian dikuasai oleh banyak orang akan terjadi persaingan sehat dan saling menghargai lebih baik lagi," ungkap Aher ketika menjadi narasumber dalam diskusi di Kongres Akbar V Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (Sarbumusi) di Wisma Balai Besar Pembangunan dan Perluasan Kerja (BBPPKP) Kemenaker R

KH. Ahmad Dahlan, Lebih Pantas Menjadi Bapak Pendidikan

Setiap 2 Mei, masyarakat Indonesia selalu ramai dengan perayaan hari pendidikan nasional. Tanggal ini  merujuk dari  hari kelahiran R.M. Soewardi Soerjaningrat atau yang dikenal dengan Ki Hajar Dewantara, 2 Mei 1989. Ia  merupakan pendiri perguruan Taman Siswa. Terlahir dari keturunan bangsawan dan keturunan langsung Paku Alam ke-IV. Tanggal 3 Juli 1922 ia mendirikan   Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa   atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa. Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi   ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.   (“di depan memberi contoh, di tengah memb